JOGLOSEMARNEWS.COM Sosok

Evi Yudamita Pilara Tunggal BSE. “Cinta Mati Seni Jawa”

Evi Yudamita Pilara Tunggal BSE. Foto/JSnews
   
Evi Yudamita Pilara Tunggal BSE. Foto/JSnews

SRAGEN– Bagi publik Bumi Sukowati, nama Evi Yudamita Pilara Tunggal Bambang Samekto barangkali lebih identik dengan dunia politik dan kesibukannya sebagai istri Ketua DPRD Sragen. Namun, siapa sangka pengagum warna merah ini ternyata menyimpan sisi lain yang belum banyak terekspose publik.

Ya, meski kini dekat dengan dunia politik, Ita – begitu akrab disapa- ternyata memiliki jiwa seniman yang tak pernah pudar. Perempuan kelahiran Yogyakarta, 17 Januari 37 tahun silam itu mengakui darah seni memang mengalir kental dalam diri dan keluarganya.

Tak hanya dari ayahnya yang seorang seniman krawitan dan ibunya yang juga pegiat seni, jiwa seni itu terwarisi dari kakeknya yang malang melintang sebagai penari di Keraton Solo. Tak heran, hingga kini, ia sesungguhnya mengaku tetap jatuh cinta dan tak bisa lepas dari dunia seni jawa, khususnya tari dan karawitan yang sejak kecil melingkupinya.

“Sebenarnya basic saya itu memang di seni. Dari keluarga memang dididik jadi penari, sehingga sampai sekarang saya tetap mengikuti dan menikmati seni baik tarian klasik maupun modern. Tapi saya dulu juga mengembang ke dunia teater, bahkan sampai pernah dikontrak film dokumenter dengan Kaltim,” ujarnya.

Namun Alumnus Sospol UGM itu mengaku prihatin dengan fenomena generasi muda saat ini yang lebih senang meniru budaya kebarat-baratan dan seolah lupa dengan kebudayaan sendiri, utamanya budaya jawa.

Menurutnya itu sangat ironis mengingat tak sedikit orang asing yang justru rela ke Indonesia untuk belajar budaya jawa.

Atas keprihatinan itu, ia berharap pemerintah daerah bisa lebih memperbanyak kesempatan atau event lomba tari atau budaya bagi pelajar untuk mendongkrak animo generasi muda. Secara pribadi, Ita juga mengaku sangat terobsesi untuk membuat sanggar tari yang sudah lama diidamkannya.

“Modern boleh, tapi budaya sendiri jangan sampai dilupakan. Bisa menari jawa itu bukan berarti ketinggalan zaman tapi wujud mencintai budaya. Makanya selain sanggar tari, saya punya angan-angan suatu saat bisa bikin konser seni yang di satu panggung itu ada dua performance sekaligus, tarian dan musik jawa dan modern. Untuk sanggar tari, nanti pasti akan saya realisasikan,” urainya.

Ia optimis jika lebih dieksplor dan didukung pemerintah daerah, ke depan akan muncul lebih banyak lagi bakat-bakat seni di kalangan muda yang nantinya bisa membawa seni lebih eksis lagi. Selain melestarikan budaya asli, kepedulian dan kecintaan mereka secara otomatis akan membuat dunia luar mengapresiasi lebih terhadap budaya yang ada di negeri ini. Wardoyo

 

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com