JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Solo

Penutupan Ruangan Keraton, Eddy Wirabhumi : Kami Sudah Berupaya Melakukan Komunikasi

   

                                                                                                   KP Eddy Wirabhumi

SOLO-Konflik internal dinasti Keraton Kasunanan Surakarta ternyata belum selesai. Hal itu terbukti masih adanya penggembokan sejumlah ruangan di dalam keraton. Upaya rekonsiliasi pada tanggal 12 September 2017 lalu belum berhasil mendamaikan dua kubu di dalam internal keluarga keraton.

Saat dikonfirmasi wartawan, Ketua Lembaga Hukum Keraton Kasunanan Surakarta, KP Eddy Wirabhumi, mengaku prihatin dengan kondisi sejumlah ruangan yang saat ini digembok oleh kubu Raja Keraton Kasunanan Surakarta PB XIII, Sinuhun Hangabehi.

Baca Juga :  BPKH Berangkatkan 960 Pemudik Asal Solo "Balik Kerja" Gratis

Menurut Eddy, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk berdamai dan bersatu dengan kubu Sinuhun Hangabehi. Eddy mengaku sudah beruapaya untuk membangun komunikasi dengan pihak Sinuhun Hangabehi. Namun upaya itu belum pernah berhasil. Hal itu lantaran ruangannya terkunci.

“Sudah, kami sudah berupaya (komunikasi), namun belum pernah berhasil. Hal itu karena ruangannya selalu dikunci,” kata Eddy, kemarin.

Menurut Eddy, jika Sinuhun Hangabehi tidak bisa bicara, cukup mengeluarkan maklumat.

“Penutupan ini jelas sangat disayangkan. Selain itu juga sudah melanggar aturan,” sambung Eddy.

Baca Juga :  Diduga Penyakit Jantung Kumat, Pengemudi Kijang Oleng Hingga Tabrak Lapak Pedagang Buah di Kawasan Pasar Klewer Solo

Eddy juga menyampaikan akibat penggembokan yang sudah berlangsung lebih kurang 10 bulan ini sangat berdampak terhadap sejumlah kegiatan. Diantaranya terganggunya latihan Bedaya Ketawang, latihan karawitan, latihan tari untuk anak, pambiworo (pembawa acara bahasa Jawa).  Selain itu di Sasana Pustaka tahun ini jurusan filologi di UNS tidak ada pesertanya. Hal itu merupakan dampak dari penutupan.

“Akibat penutupan dampaknya sangat luas. Dan bukan hanya masalah adanya penurunan pendapatan dari pariwisata saja. Dampak lain terkait pemeliharaan dan perawatan sejumlah koleksi milik keraton yang masuk sebagai Benda Cagar Budaya (BCB),” imbuh dia.

Satria Utama

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com