Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Tersentuh Lihat Penderitaan Mbah Ngadirah, KWS Gelar Baksos Gelontor Sejumlah Bantuan

Ketua Kumpulan Wong Sragen (KWS), Agus Widhi Raharjo (kanan) saat memimpin penyerahan bantuan ke Mbah Ngadirah, nenek renta yang tinggal di gubug reyot asal Gemolong, Minggu (4/2/2018). Foto/JSnews

SRAGEN– Komunitas warga Sragen yang tergabung dalam Kumpulan Wong Sragen (KWS) ternyata memang tak hanya sekadar menjadi ajang paseduluran dan persahabatan semata. Kehadiran KWS juga memiliki misi mulia yakni membantu warga yang sedang dilanda kesulitan.

Misi itu kembali ditunjukkan dengan kegiatan bakti sosial membantu Mbah Ngadirah (75) warga tidak mampu asal Dukuh Garas RT 1, Desa Brangkal,  Gemolong. Baksos digelar Minggu (4/2/2018) dipimpin langsung Ketua KWS,  Agus Widhi Raharjo beserta pengurus keluarga besar KWS.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Agus mengungkapkan baksos ke rumah Mbah Ngadirah dilakukan dengan memberikan sejumlah bantuan.

Pengurus dan anggota KWS saat berpose seusai penyerahan bantuan. Foto/JSnews

Diantaranya kasur busa,  makanan dan beberapa perlengkapan sehari-hari. Bantuan diserahkan langsung kepada nenek malang itu yang tadi didampingi tetangganya.

“Bantuan yang kami salurkan tadi macam-macam. Ada kasur busa,  ada perlengkapan sehari-hari juga dan uang. Ini sebagai wujud kepedulian kami dari KWS untuk meringankan beban Mbah Ngadirah, ” papar Agus,  Minggu (4/2/2018).

Ia menguraikan baksos seperti itu sebenarnya sudah menjadi agenda rutin yang digelar setiap bulan. Baksos digelar berdasarkan hasil pertemuan rutin yang selama ini terus digelar.

Agus menyampaikan bantuan yang disalurkan itu diambilkan dari kas KWS dan sebagian dari donatur rekan-rekan KWS.

“Harapannya bisa membantu meringankan beban beliau yang selama ini tinggal sebatang kara di rumah yang memprihatinkan juga, ” tuturnya.

Kondisi Mbah Ngadirah. Foto/JSnews

Mbah Ngadirah menjadi tujuan baksos karena penderitaannya memantik keprihatinan dan empati dari warga.  Nenek renta itu selama bertahun-tahun hidup sendirian di gubug reyot tanpa anak dan suami. Jangankan untuk mencari nafkah,  kesehariannya hanya dihabiskan di tempat tidur yang kurang layak pula.

“Makan pun bahkan harus disuapi oleh tetangganya. Karenanya dari rekan-rekan tergerak untuk bisa sedikit membantu beliau, ” pungkasnya. Wardoyo

Exit mobile version