Budayawan Arswendo Atmowiloto mengusulkan agar napi yang rajin membaca dan menulis buku selama di lapas sebaiknya diberikan remisi.
Hal itu dikatakan ketika jadi pemateri pada acara aksi literasi menuju remisi di aula Lapas Maros, Sulsel, Sabtu (24/2/2018).
Menurut Wendo, tempat terbaik utk jadi pengarang itu adalah di dalam Lapas, karena keberagaman napi dari berbagai latar belakang dapat dijadikan tokoh menarik, kemudian ada konflik dan ada keunikan materi, sehingga cerita dilapas pasti menarik.
“Literasi di lapas itu memberikan kesempatan berprestasi bagi warga binaan, dan saya setuju jika hal seperti ini diberikan remisi,” katanya.
Direktur Pembinaan Napi, Latihan Kerja dan Produksi Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham Harun Sulianto, ketika membuka acara mengatakan akan mengajak para akademisi, praktisi dan pihak terkait lainnya untuk mengkaji kemungkinan literasi dikaitkan dengan remisi.
“Di brazil dan Italia, napi yang baca buku setebal 400 halaman dapat remisi minimal 4 hari, dan jika baca 12 buku setahun dapat remisi hingga 48 hari. Ini akan jadi referensi kita untuk ke depannya,” kata harun. Tribunnews