JOGJA – Kalau Solo punya taman Tirtonadi dan Taman Sekar Taji di pinggir sungai, ternyata Jogja tidak kalah menarik. Di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Jogja terdapat taman yang asri yang dinamai Karangwaru Riverside.
Bedanya, kalau Taman Tirtonadi dan Sekar Taji di Solo diprakarsai oleh Pemeritah Kota setempat, sementara Karangwaru Riverside ini merupakan partisipasi dari masyarakat sekitar.
Kesan pertama yang muncul setelah tiba di Karangwaru Riverside adalah asri. Rindangnya pepohonan memberikan kesan teduh. Rumput hijau membentang menambah keasrian lingkungan. Terdapat satu gazebo dengan atap berbentuk hati, nyaman sekali untuk bersantai.
Gazebo tersebut berada di pinggiran Sungai Buntu yang melewati Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Pinggir sungai diberi pagar penghias berwarna hijau dan kuning. Terdapat tanaman serai yang turut menghiasi pinggiran sungai. Tembok-tembok sepajang sungai warna warni digambar dengan pesan cinta lingkungan.
Sekretaris Tim Inti Perencanaan Partisipatif Karangwaru Riverside, Subandono mengatakan butuh waktu satu tahun untuk menyulap pinggiran sungai Buntu tersebut. Ia mengatakan, dulu pinggiran sungai sangat kumuh.
“Dulu kumuh banget, orang buang sampah di sungai. Buang kotoran juga ke sungai karena tidak ada kamar mandi. Jadi endemik penyakit,” kata Subandono (18/3/2018).
Subandono mengaku tidak mudah untuk mengubah menjadi seperti sekarang. Butuh waktu satu tahun untuk mengubah pola pikir masyarakat. Ia mengajak masyarakat bermimpi tentang masa depan Karangwaru.
“Susah sekali, banyak pro dan kontra. Tetapi kemudian saya ajak bermimpi. Mau dibikin apa sih Karangwaru? Masa iya mau begini terus,” kata Subandono.
Subandono mengatakan, perubahan pola pikir penting untuk menjaga kelangsungan program penataan kawasan. Akhirnya tahun 2009 sepakat dilakukan penataan di pinggir Sungai Buntu di Karangwaru.
Kini Kelurahan Karangwaru memiliki ruang terbuka hijau. Masyarakat bisa berdiskusi, bahkan untuk kegiatan senam.
“Ada namanya Omah Sinau Masyarakat (OSIMAS), nah sekarang malah jadi tempat diskusi. Setiap Minggu ke 3 ada acara namanya Minggu Guyub. Masyarakat berkumpul, senam, ada bazar kuliner juga,” lanjut Subandono.
Tidak hanya itu, Karangwaru kini jadi tempat wisata dan studi banding. Rata-rata yang datang berkunjung ke Karangwaru untuk belajar tentang penataan lingkungan, partisipasi masyarkat, pengelolaan kemiskinan, dan lain-lain.
“Wisata umum ada, biasanya ya jalan-jalan gitu. Tetapi kalau orang kesini biasanya berwisata, namun dengan minat khusus. Belajar sola penataan lingkungan sih terutama,” lanjut Subandono.
Tuminah (62) warga Karangwaru mengatakan dulu kawasan sungai jadi tempat pembuangan sampah, namun sekarang jadi tempat wisata. Ia mengaku sangat senang dan mendukung program tersebut.
“Dulu sini bak sampah, buat lewat aja nggak bisa. Pas ada sosialisasi ya saya mendukung, lha wong dibikin bagus, masa menolak,” kata Tuminah.
Berkat perubahan pinggiran Sungai Buntu, kini malah membukakan jalan usaha untuk Tuminah dan keluarga. Ia dan keluarganya berjualan makanan di pinggir sungai Buntu.
“Sekarang malah bisa jualan. Udah ada tempat buat jualan. Ya saya kan jadi ada tambahan pemasukan,” pungkas Tumini.