Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Menguak Prostitusi Online Siswi SMP dan Mahasiswi. Tarif Sekali Goyang Rp 4 Juta, Pelanggannya Hingga Kalangan Pejabat High Class

Para PSK kecil berstatus pelajar dan mahasiswi serta mucikari yang menjajakan mereka secara online saat ditangkap polisi. Foto/Tribunnews

JOGLOSEMARNEWS – Kemajuan teknologi seolah telah merasuki semua lini kehidupan. Tak terkecuali di area bisnis prostitusi terselubung yang kini mulai mengadopsi teknologi dengan berkedok penawaran lewat online.

Dengan beragam media sosial dan kecanggihan informasi,  praktik layanan jasa esek-esek pemuas syahwat pun kini menjelma dan mulai menjamur di beberapa kota besar.

Bahkan,  di kota bernuansa Islami sekalipun,  yakni Aceh,  juga tak lepas dari praktik jasa syahwat berlogo online itu.

Padahal selain berjuluk serambi Mekah,  di kota paling ujung barat Indonesia ini selama ini juga dikenal sebagai daerah yang kerap memberikan hukuman berat pada pelaku kriminal.

Bahkan beberapa remaja dan muda mudi yang kepergok berduaan akan diberi hukuman yakni dengan dicambuk di depan warga.

Namun siapa sangka kalau di Aceh juga ternyata ada bisnis prostitusi yang telah memiliki banyak pelanggan.

Seperti bisnis prostitusi yang dijalankan oleh MRS alias Andre (28) dan baru-baru ini berhasil dibongkar aparat. Ternyata Andre memiliki seabrek pelanggan dari berbagai kalangan di Banda Aceh.

Andre, germo prostitusi jilid dua diciduk personel Polresta Banda Aceh bersama tujuh ‘wanita sewaannya’ di sebuah hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, Rabu (21/32018) malam.

Ia membeberkan para pelanggan ‘wanita sewaannya’ itu saat diwawancarai Serambinews.com, Senin (26/3/2018) di Mapolresta Banda Aceh.

Berikut fakta mencengangkan mengenai bisnis prostitusi yang dijalankan Andre dikutip dari Tribunnews.com seperti dilansir dari Serambinews. Com.

1. Pelanggan dari Mahasiswa hingga Pejabat

Andre mengaku, para pelanggan atau lelaki hidung belang yang memesan perempuan-perempuannya selama ini, dari berbagai kalangan.

“Kalau mahasiswa sekali-kali aja, pengusaha iya, semua kalangan ada,” kata Andre.

Andre juga membeberkan, bahkan para pejabat atau birokrat pernah menjadi pelanggannya.

“Ada itu sudah lama, 2016 gitulah,” katanya.

Ditanya pejabat apa yang sering menjadi pelanggannya, Andre mengaku dia tidak terlalu tahu terkait detail pekerjaannya di mana.

“Itu saya kurang paham. Tadi saya sudah bilang, apakah (kerja) di kantor gubernur, apakah di bappeda, apakah di DPRA, apakah di gedung wali kota, itu menurut saya orang-orang pejabat, itu pemerintahan namanya ya ?” cetus Andre.

2. Tarif 4 Juta

Personel Reskrim Polresta Banda Aceh kembali membongkar praktik prostitusi online (daring) di Banda Aceh.

Kapolresta Banda Aceh AKBP Trisno Riyanto mengatakan, terbongkarnya sindikat prostitusi daring ini setelah polisi melakukan penyamaran untuk membuktikan praktik prostitusi tersebut.

“Awalnya polisi mendapat laporan dari warga dan kemudian petugas kami mencoba menghubungi nomor ponsel yang memang menyediakan jasa prostitusi.”

“Gayung bersambut, petugas kami pun dijanjikan mendapat layanan prostitusi di sebuah hotel di kawasan Aceh Besar.”

“Benar saja, setiba di sana, petugas dipertemukan dengan dua perempuan belia dengan tarif Rp 4 juta,” jelas Trisno di Mapolresta Banda Aceh, Jumat (23/3/2018).

Selain dua perempuan belia, polisi juga ikut menahan seorang mucikari berinisial MRS alias An dan lima perempuan belia lainnya.

“Pria bernama MRS alias An ini bertindak sebagai mucikari, dan petugas kami menyerahkan uang kepadanya.”

“An berhasil kami tangkap saat ia akan meninggalkan hotel dan langsung disergap petugas saat berada di tempat parkir hotel,” ucap Trisno.

Selain An dan dua perempuan berinisial Ay dan Ca yang diduga pelaku prostitusi, polisi juga menahan lima perempuan belia lainnya yang diduga sedang “dijajakan” oleh An kepada lelaki hidung belang lainnya.

3. Masih Berstatus Mahasiswa

Dari hasil pemeriksaan polisi, sebut Trisno, semua perempuan belia ini masih berstatus mahasiswi dari beberapa universitas swasta di Banda Aceh dan sejumlah kabupaten/kota di Aceh.

Trisno menambahkan, An berasal dari Sumatera Utara dan sudah melakoni pekerjaannya sebagai mucikari selama dua tahun.

Dikatakan, perempuan-perempuan belia ini bukanlah korban layanan transaksi prostitusi yang dilakukan secara daring, tapi mereka memang ingin melakukannya sendiri.

4. Karena Faktor Ekonomi

Ketujuh wanita itu adalah Ay (28) asal Simeulue, MJ (23) Aceh Tengah, dan RM (23) asal Bireuen.

Sedangkan empat wanita lainnya merupakan warga Kota Banda Aceh, masing-masing berinisial CA (24), DS (24), RR (21), dan IZ (23).

Ditanya apa sebenarnya alasan para wanita itu hingga rela begabung dengan bisnis prostitusi yang dijalani Andre kurang lebih selama tiga tahun terakhir tersebut.

Menurut Andre, alasan utama adalah faktor ekonomi.

“Kebanyakan orang ini ngeluhnya soal uang sewa rumah atau kost, juga kredit sepeda motor,” katanya.

5. Tarif Sekali Kencan Rp 2 Juta

Ia juga mengaku bahwa para wanita tersebut tidak direkrut oleh Andre, tapi para wanita itu datang sendiri ke Andre lalu menawarkan diri untuk ikut dalam bisnis syahwat Andre tersebut.

“Orang itu datang sendiri, ‘Ndre aku nggak ada uang, untuk bayar ini, kamu kasih aku ini ini’ ya biasa untuk kebutuhan bayar kredit motor atau sewa rumah,” kata Andre mempraktikkan pembicaraannya dengan para wanita saat meminta ikut bergabung dengannya.

Andre juga mengaku, tarif untuk seorang wanita sekali ‘show’ mencapai Rp 2 juta.

“Untuk long time Rp 2 juta, untuk short time Rp 1 juta. Dua juta bersih untuk kami, itu di luar biaya hotel, Rp 500 untuk saya,” pungkasnya.

6. Pilih yang putih dan bersih

Ia juga mengatakan, para pelanggan yang dinilainya sebagai pejabat itu biasanya memilih perempuan-perempuannya yang high class.

“Mereka (pejabat) milih yang putih dan yang bersih,” pungkasnya. Tribunnews

 

Exit mobile version