JOGJA – Beragam cara bisa dilakukan untuk menggali potensi mereka yang berkebutuhan khusus. Baik mereka yang tuna grahita, tuna wicara maupun tuna rungu sekalipun.
Musik adalah salah satu bidang yang memungkinkan mereka yang berkebutuhan khusus ini untuk mengasah kreativitas.
Keyakinan inilah yang menjadi embrio semangat Maungguh Kasmawan, salah satu guru musik di Sekolah Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Gunungkidul bersama guru lainnya bermimpi membuat lagu untuk anak didik mereka dan menjadikannya sebuah album.
Mimpi yang nampaknya utopis tersebut akhirnya terwujud. Tepat pada tanggal 12 April 2018 kemarin, album berjudul “Di sini Kita Pergi” berisi tujuh buah lagu ini pun dirilis dalam versi CD audio.
Maungguh menuturkan, album ini sejatinya bukan hanya mimpinya sebagai seorang guru sekolah berkebutuhan khusus yang ingin mengembangkan bakat siswa berkebutuhan khusus melalui musik.
Lebih dari itu, album ini merupakan wujud bakat nyata para siswa yang akhirnya terdokumentasi dalam sebuah album.
Diakui Maungguh, salah satu yang menggugah dirinya menciptakan lagu untuk para siswa berkebutuhan khusus yang akhirnya jadi sebuab album adalah ketika ia menyaksikan fenomena di mana ada siswa berkebutuhan khusus (tuna netra) menyanyikan lagu lagu berlirik dewasa yang belum sesuai umur mereka.
“Bakat dan kemampuan siswa belajar musik ternyata bisa dimaksimalkan ketika kita sebagai guru memiliki kemauan keras untuk mengasah mereka terus menerus. Ini juga sebagai usaha membuka peluang baru, dengan memancing kreativitas siswa untuk membuat karya lagu. Bukan sebatas menyanyikan lagu orang lain saja,” ujar Maungguh.
Lanjut Maungguh, penyanyi dalam album ini adalah para siswa berkebutuhan khusus dari beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Gunungkidul dan Grha Kreatif, anak berkebutuhan khusus tuna grahita dari 4 Kabupaten dan Kota di DIY.
Mereka adalah Kevin dan Amrozi siswa dari SLB Sekar Handayani, Panggang, Suryanto dari SLB Purworaharjo, Purwosari, Farida dari SLB Darma Putra, Semin, Quinsha dari SLB Bakti Putra, Wijiastuti dari SLB N 2 Gunungkidul, Sintya Larasati dari SLB N 1 Gunungkidul, David dari SLB Pembina Kota, Erni dari SLB N 1 Kulonprogo, Sinta dari SLB N 1 Sleman dan Daniela dari SLB N 1 Gunungkidul.
Proses produksi album ini kurang lebih selama satu tahun, di belakang layar album ini selain Maungguh ada Fendi, Rohmat dan Sudar yang juga merupakan guru musik sekolah berkebutuhan khusus.
Hebatnya penggarapan album ini mereka lakukan di sela kewajiban utama mereka sebagai pengajar.
“Kami memiliki jadwal reguler untuk menggarap album ini setiap hari Jumat. Seringnya sampai malam. Pengalaman yang luar biasa mengenalkan lagu baru pada anak anak yang sama sekali belum pernah mereka dengar, hingga mereka hafal pernada kira kira butuh waktu sekitar tiga bulan lebih. Treatment ke masing masing anak beda,” ujar Maungguh. # Tribunnews