Beranda Daerah Sragen Mengenang Kehebatan Danarto, Sastrawan Nasional Kelahiran Sragen. Kekuatan Jiwa Sederhana Yang Tak...

Mengenang Kehebatan Danarto, Sastrawan Nasional Kelahiran Sragen. Kekuatan Jiwa Sederhana Yang Tak Pernah Lekang..

Jenasah sastrawan hebat kelahiran Sragen, Danarto tiba di rumah duka Rabu (11/4/2018). Foto/Wardoyo
Jenasah sastrawan hebat kelahiran Sragen, Danarto tiba di rumah duka Rabu (11/4/2018). Foto/Wardoyo

SRAGEN — Sastrawan kenamaan nasional kelahiran Sragen,  Danarto yang meninggal dunia secara tragis Selasa (10/4/2018) malam akibat kecelakaan di Tangerang, akhirnya dimakamkan di tempat kelahirannya, Karangmalang, Sragen Rabu (11/4/2018).

Banyak kenangan Danarto di mata keponakan dan penggemar karya-karya cerpennya yang selama ini dikenal sarat makna itu. Tak hanya itu, sosoknya yang teramat sederhana,  ceria dan jiwa dermawannya,  adalah kelebihan lain yang membuat nama Danarto makin dicintai di dunia sastra.

“Iya,  orangnya itu ceria, humoris dan sangat dermawan. Kadang apa yang menjadi miliknya dijual untuk diberikan orang lain. Saking dermawannya,” kata keponakan Danarto, Wendi Herjuno (43), Rabu (11/4/2018).

Saat ditemui di rumah duka, Jalan Kapuas No 57 RT 4, Kampung Karangdowo, Kelurahan Sragen Tengah, keponakan tertua Danarto tersebut mengungkapkan, pamannya selain menekuni dunia sastrawan juga sebagai seniman dan budayawan.

Wendi mengaku pernah bekerja dengan pamannya selama dua tahun antara 1996-1997. Di situlah dia memahami kebiasaan unik dari Danarto yang jarang dimiliki manusia pada umumnya.

Menurut Wendi pamannya sering pulang ke Sragen. Rumah yang paling sering dikunjungi adalah kakak tertuanya (Ayah Kandung Wendy), Muryono. Walaupun sering datang ke Sragen namun tidak pernah lama.

Baca Juga :  Mantap! PAD Sektor PBB di Sragen Tembus 100 Persen, Ini Kata Bupati Yuni

“Setiap kangen sama mase (Muryono), dia dari Jakarta bawa madu untuk kakaknya itu paling lima menit terus udah balik,” katanya.

Sedangkan yang bikin heran Wendi, pamannya setiap pulang jarang naik taksi. Tetapi memilih naik angkutan kota (angkuta) dari Solo.

Kebiasaan sederhana yang tak lekang terus dilakoni itu makin menegaskan kesederhanaan Danarto sekalipun zaman terus berubah dan bergerak.

“Dia seniman kan, jadi orangnya eksentrik. Dari Solo itu tidak naik taksi atau apa, tapi carter angkot dari Solo sama sopir berdua pulang pergi naik angkot. Paman Kecuk (panggilan Danarto waktu kecil) orangnya low profil,” kenangnya.

Wendi menuturkan, kesuksesan Danarto menjadi seniman dan sastrawan tidak untuk dirinya sendiri. Keponakan-keponakan dari Sragen juga disekolahkan hingga mengenyam bangku kuliah.

Sementara itu mantan Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman yang turut hadir melayat mengakui sebagai penggemar sastra dirinya merasa kehilangan sosok sastrawan seperti Danarto. Kendati belum pernah ketemu langsung, namun Agus sering membaca cerpen-cerpen karya Danarto.

Baca Juga :  RSU Hastuti Sragen Resmi Dibuka oleh Bupati Yuni, Menjadi RS Ke-13 di Kabupaten Sragen

“Kalau baca cerpen-cerpennya aku seneng, seperti Godlob dan Adam Ma’rifat. Saya merasa kehilangan seniman dan kreator besar,” kata Agus yang juga pecinta puisi tersebut ditemui usai melayat.

Begitulah, karya-karya besar Danarto tak pernah lekang dan tetap melekat di hati pecinta sastra. Tak hanya itu,  jiwa sederhana dan kedermawanannya agaknya patut menjadi suri tauladan bagu generasi bangsa di tengah derasnya arus globalisasi dan ancaman degradasi moral saat ini.  Selamat Jalan Sang Maestro!!  Wardoyo