Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Nyaris Tak Pernah Disadari, Kebanyakan Orang Kesulitan Menulis Huruf Ini

Ilustrasi/Tribunnews

Bagi  banyak orang, tentu saja menulis merupakan hal biasa, karena toh sudah mulai diajarkan sejak anak-anak. Orang juga tentu hafal dengan 26 alfabet, baik  huruf besar maupun kecil.

Akan tetapi, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ada satu huruf yang sulit ditulis oleh mayoritas orang. Huruf itu adalah “g” kecil. Studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology: Human Perception and Performance oleh para peneliti dari Departemen Sains Kognisi di Johns Hopkins University mengungkapkan bahwa mayoritas orang bisa mengenali huruf tersebut, tetapi kesulitan ketika diminta menggambarnya kembali.

Untuk menginvestigasi fenomena unik ini, para peneliti melakukan sebuah survei. Mereka memilih 300 buku dari tiga kategori, yakni buku dewasa, buku bergambar anak-anak, dan buku cerita anak-anak.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa umum huruf “g” yang berekor melingkar. Rupanya, huruf tersebut sangat umum, terutama pada kategori buku dewasa. Dari buku bergambar, 74 persen menggunakan huruf “g” yang berekor melingkar.

Angka ini naik ke 89 persen pada kategori buku cerita anak dan naik lagi jadi 97 persen pada buku dewasa.  Namun, paparan selama bertahun-tahun ini sama sekali tidak membantu kita untuk menggambarkan huruf tersebut.

Dalam eksperimen pertama, para peneliti menemukan bahwa hanya dua di antara 38 partisipan yang dapat mengidentifikasikan “g” sebagai huruf kecil yang memiliki dua jenis penulisan.

Lebih parahnya, hanya satu dari dua partisipan tersebut yang dapat menuliskannya dengan tepat. Pada eksperimen kedua, 16 partisipan diminta membaca sebuah paragraf berisi 14 huruf “g” yang berekor melingkar.

Ketika menemukan huruf tersebut, partisipan diminta mengucapkannya dengan keras. Setelah itu, mereka diminta menggambarkan huruf “g” yang baru saja dilihat.

Hanya setengah yang menggambar huruf “g” dengan ekor melingkar, sedangkan sisanya menggambar huruf “g” dengan ekor kail. Dari yang mencoba menggambarnya, hanya satu yang bisa melakukannya dengan benar.

Akhirnya para peneliti melakukan eksperimen ketiga, di mana 25 partisipan diminta memilih satu dari empat variasi huruf “g” dengan ekor melingkar.

Dari keempat variasi, hanya satu yang benar, sementara sisanya memiliki bagian yang telah dibalik oleh para peneliti. Lagi-lagi, hanya 28 persen yang dapat memilih dengan benar, sedangkan 56 persen memilih huruf “g” yang ekornya terbalik.

Peneliti utama studi, Professor Michael McCloskey mengatakan, kita beranggapan bahwa jika kita sering melihat sesuatu, terutama jika kita harus fokus pada bentuknya, kita akan tahu bagaimana bentuknya.

“Namun, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa hal ini tidak selalu terjadi,” ujarnya.

Dalam makalah mereka, para peneliti menduga bahwa kegagalan ini terjadi karena kita hanya diminta untuk mengenali huruf “g” dengan ekor melingkar tanpa mereproduksinya kembali.

“Dalam kasus ‘g’ dengan ekor melingkar, kita beranggapan bahwa pengetahuan yang disimpan dalam otak tidak termasuk perencanaan motorik,” tulis para peneliti.

“Ketika tidak punya pengalaman menulis huruf tersebut, pembaca hanya mempelajari fitur visual yang penting untuk membedakannya dari satu huruf ke huruf lain,” lanjut mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa belajar menulis memilliki peran penting dalam upaya untuk belajar membaca, sesuatu yang semakin jarang dilakukan di masa modern.

Ke depannya, McCloskey berkata bahwa dia dan kolega tertarik untuk mempelajari seberapa besar peran belajar menulis, sekaligus mereproduksi penelitian di atas dengan partisipan yang masih berusia anak-anak.

Exit mobile version