Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ojek di Daerah Ini Sampai Rp 700.000, Wouw, Ini Masalahnya

Tribunnews

SULSEL – Boleh percaya boleh tidak, tarif ojek bisa mencapai Rp 700.000. Tapi usut punya iaut, itu terjadi di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Di daerah ini, harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium ternyata mencapai Rp 22.000 per liter.

Harga ini naik tiga kali lipat dari harga normal Rp 6.400 per liter. Mahalnya harga BBM karena faktor akses jalan ke lokasi tersebut sangat sulit.

Kecamatan Seko merupakan daerah terluar di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang berbatasan dengan Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

Kecamatan Seko berada di dataran tinggi yang terletak antara 1.200 meter sampai 1.800 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis Seko dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Seko Padang timur, Seko Tengah, dan Seko Lemo.

Daerah Seko berada di dataran tinggi pegunungan Tokalekaju yang diapit oleh pegunungan Quarles dan Verbeek.

Kecamatan Seko memiliki luas wilayah 2.109,19 kilometer persegi, merupakan kecamatan terluas dan terjauh dengan jarak sekitar 120 kilometer dari ibu kota Kabupaten Luwu Utara.

Kecamatan ini sudah berpenduduk sekitar 14.000 jiwa yang terdiri dari 12 desa yang semuanya sudah beratatus definitif.

Sarana transportasi untuk mencapai Seko dari kecamatan terdekat, Masamba, dapat dilakukan melalui jalur udara dengan pesawat perintis, atau jalur darat menggunakan ojek motor dengan ongkos Rp 700.000.

Mengapa ongkos ojek bisa semahal itu? Karena motor bebek yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa seperti motor trail ini harus menempuh jarak sekitar 148 kilometer dari desa-desa ke ibu kota Kecamatan Seko.

Medan yang dilalui oleh ojek pun sangat sulit, menelusuri lembah, bukit dan kubangan lumpur. Perjalanan menggunakan ojek dapat menghabiskan waktu 2 sampai 3 hari.

Wilayah-wilayah adat di Seko ini dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya alam, baik hasil hutan, mineral, ternak dan hasil-hasil pertanian dan perkebunan lainnya.

“Kalau harga bensin di Kecamatan Seko mencapai Rp 20.000 sampai Rp 22.000 per liter. Itu pun dibeli di ibu kota Kecamatan Seko dan bukan di SPBU. Tapi di penjual eceran jeriken-jeriken atau botolan. Biasanya warga Seko sudah mempersiapkan beberapa jeriken untuk diisi bensin sebagai stok bahan bakar kendaraan,” kata salah satu warga Kecamatan Seko, Ullang yang dikonfirmasi via telepon selularnya.

Ullang pun mengungkapkan, selain harga BBM yang mahal, harga-harga kebutuhan masyarakat di Kecamatan Seko juga mahal. Bisa mencapai dua kali lipat dari harga normal.

“Harga kebutuhan pokok dan bahan-bahan bagunan di Seko 2 kali lipat dari harga normal. Karena jarak tempuhnya yang sulit. Jika bukan lewat darat diangkut pakai ojek, bahan-bahan kebutuhan masyarakat di sana diangkut lewat pesawat,” bebernya.

Kenaikan Harga BBM Ullang mengungkapkan, akses dari desa-desa ke Kecamatan Seko sangatlah jauh dan medannya sangat sulit dilalui. Namun ada akses jalan lainnya yang baru dibuka ke Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

“Kalau warga desa-desa Kecamatan Seko mau ke ibu kota kecamatan jaraknya 148 kilometer. Tapi ada akses lain bisa ditempuh, yakni ke Mamuju, Sulawesi Barat, sejauh 32 kilometer dan ada akses jalan baru dibuka di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kalau ke Mamuju, jalannya pun agak bagus dilalui dan bukan kubangan lumpur,” jelasnya.

Exit mobile version