Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Debat Pilgub Jateng, Sudirman Ganjar Saling Sindir Program Maupun Kasus e-KTP

KPU Jateng

SUKOHARJO – Debat kedua Pilgub Jateng diselenggarakan di Best Western Premiere, Solo Baru, Sukoharjo, Kamis (3/5/2018) malam. Debat itu bertema pelayanan publik dan perekonomian.

Pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin tampil mengenakan baju putih, seperti pada debat pertama di Semarang lalu. Sedangkan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah mengenakan batik seperti pada debat pertama.
Di ajang itu, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said saling menyindir isu korupsi. Sindiran itu kali pertama dilontarkan Sudirman pada segmen keempat debat.

Sudirman berujar, jutaan warga Jateng belum mendapat KTP elektronik (E-KTP).

“Saya sayangkan program e-KTP terkena unsur korupsi, sehingga jutaan warga harus menunggu selama 2 tahun untuk mendapat e-KTP,” kata Pak  Dirman, sapaannya.

Mantan Menteri ESDM itu menambahkan, Ganjar harus bolak-balik untuk bersaksi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perihal kasus korupsi e-KTP.

Ganjar pun menanggapi sindiran Pak Dirman. Menurut politisi PDI Perjuangan itu, setiap warga negara wajib bersaksi dalam kasus hukum saat diminta.

Pria asal Kabupaten Karanganyar itupun menegaskan tidak menerima dana korupsi E-KTP.

“Gubernurmu ini yang menolak pemberian (dana korupsi-Red) itu,” imbuhnya.

Belum selesai, Ganjar seakan membalas sindiran Pak Dirman. Ia pun menyinggung Ida Fauziah bisa bersaksi soal dana e-KTP. Perlu diketahui, Ida pernah menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR periode 2009-2011.

“Benarkah Komisi II semua menerima, Mbak Ida? Saya takut ini ibarat menepuk air didulang, muncrat di muka sendiri,” ucap Ganjar.

Ida pun tampak tersenyum tipis dari kejauhan. Pertanyaan tersebut tak digubris Sudirman-Ida saat debat. Jawabannya baru dibuka Ida waktu konfrensi pers usai debat.

“Saya pernah di Komisi II DPR pada 2009 hingga 2011, tapi ada penugasan baru menjadi Ketua Komisi VIII. Saya tidak tahu dan tidak mengerti soal e-KTP itu,” ungkap Ida, di hadapan jurnalis.

Adapun, segmen debat diawali pemaparan program kerja. Ganjar menjelaskan, pondasi yang dipegang Jateng adalah pemerintahan yang bersih dan tak korupsi.

“Dalam catatan saya saat ini pertumbuhan ekonomi Jateng baik. Pelayanan publik juga menjadi lebih baik,” katanya

Sementara, Sudirman menyebut, di era Ganjar Jateng mengalami kemunduran.

“Masih ada 12,23 persen warga Jateng miskin. Ada juga 11 juta warga Jateng yang masih tak punya jaminan kesehatan,” ujarnya.

Pada segmen kedua debat, pasangan cagub saling menanggapi jawaban pasangan cagub lain yang menjawab pertanyaan.

Pasangan Sudirman-Ida menjawab pertanyaan tentang alih fungsi lahan ke industri hingga 700 hektare, merujuk data Dinas Pertanian Jateng pada 2016.

Sudirman menilai, alih fungsi lahan terjadi karena ada pembiaran.

“Kita harus mulai berkoordinasi dengan pemerintah daerah, jangan sampai ada alih fungsi lahan secara semena-mena. Kuncinya, gubernur menjadi dirijen orkrestasi pemerintahan yang baik untuk rakyat,” paparnya.

Ganjar menanggapi pernyataan itu dan sempat memberikan pertanyaan.

“Kalau lahan milik pribadi mau dijual, padahal itu subur, lalu gimana ngeremnya bila hal itu harus dikontrol melalui regulasi yang ada di Jateng?”

Terkait dengan ketenagakerjaan, pasangan Ganjar-Yasin menjawab pertanyaan terkait data pengangguran terbuka sebesar 4,75 persen di Jateng, tetapi di pasar kerja tenaga terampil belum terserap.

“Kalau mau strategi, maka harus pemerataan. Pembangunan berkelanjutan harus berkualitas. Ada banyak tingkatan. Buktinya PMDN (penanaman modal dalam negeri-Red) Jateng tertinggi,” ucapnya.

Pasangan Sudirman-Ida menanggapinya.

“Tetapi saat ini masih banyak pekerja di Jateng kerja sampai 10 jam lebih karena keterpaksaan,” tukasnya.

Di segmen ketiga debat, kedua pasangan cagub-cawagub menonton dua video tentang nenek-nenek yang menghabiskan masa tuanya untuk bekerja. Kedua pasangan pun memaparkan komitmennya menanggapi video itu.

Ganjar menjelaskan, secara statistik saat ini warga miskin di Jateng ada 12,23 persen, atau 4,3 juta jiwa. Angka itu, menurut dia, turun dari tahun-tahun sebelumnya.

“Saat ini sudah lebih mudah, ada nenek seperti di video tadi, tinggal lapor saya via sosial media, WhatsApp, SMS, Twitter, kami tindaklanjuti,” jelasnya.

Sementara, Sudirman melihat hal itu sebagai masalah kemanusiaan. Ia menilai, beragam statistik tanpa berdasar kemanusiaan akan membuat data itu menjadi kosong.

“Maka bila kami menang, kami akan menekan kemiskinan secara drastis,” ucapnya. # Tribunnews

Exit mobile version