Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kepemimpinan Empati

Rini Kriswanti,  Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang, email: rinikris26@gmail.com

Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting di balik kekuasaan berbagai organisasi, dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian memobilisasi organisasi itu untuk berubah kearah visi baru tersebut (Werren Bennis & Burt Nanus, 2006:2). Tidak dapat dipungkiri, bahwa kesuksesan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Di dalam kepemimpinan terdapat pemimpin dan bawahan.

Memang benar bahwa seorang pimpinan, baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Akan tetapi pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain yang dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja efektif, efisien, ekonomis dan produktif.

Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinan pada sebuah organisasi dituntut melaksanakan peran kepemimpinannya dengan baik. Dia harus mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada,  agar dapat berjalan lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelaksana administrasi pada sebuah organisasi.

Untuk mempengaruhi sumber daya pegawai ke arah pencapaian tujuan, tidak semudah apa yang dibayangkan, karena sumber daya pegawai memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pemberdayaan pegawai yang efektif membutuhkan gaya kepemimpinan yang tepat dari seorang pemimpin. Thoha (2004:51) menyebut, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi empati karena dengan sikap yang ditunjukkannya, ia dapat memahami orang lain. Gaya kepemimpinan juga dapat memengaruhi motivasi kerja individu dan bawahannya, karena dapat meningkatkan kondisi.

Empati merupakan sikap dari seorang individu untuk memahami orang lain dari sudut pandangnya. Seseorang yang memiliki empati, dalam praktiknya sehari-hari cenderung mampu memahami pikiran dan emosi orang lain serta memberikan nilai-nilai dari apa yangn dilakukan orang lain. Empati yang dimiliki seorang pemimpin dapat  dapat mempengaruhi budaya seorang yang dipimpinnnya.

Bar-On dan Parker, George, Goleman, Salovey dan Mayer yang dikutip oleh William (et.al) menyatakan, empati merupakan bagian dari kecerdasan emosi. Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri  sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian, seorang pemimpin diharapkan dapat memahami konsep kepemimpinan empati untuk menunjukkan kepada bawahan, bahwa atasan peduli  kepada kebutuhan dan prestasi bawahannya.

Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Sedangkan kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus.

Menurut Young (dalam Kartono, 2003), kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untukmempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasibidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Bawahan

Di dalam kemimpinan terdapat pemimpin dan bawahan. Seorang pimpinan baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian, namun tetap membutuhkan sekelompok orang lain yang dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja efektif, efisien, ekonomis dan produktif.

Empati

Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan perasaan  yang tergambar melalui bahasa tubuh. Orang yang bersimpati akan  merasakan dirinya tenggelam dalam kebersamaan. Simpati lebih banyak merespon dengan perasaan.  Empati tidak berarti seseorang sepakat, melainkan orang tersebut secara mendalam mencoba  mengerti, baik dari segi emosional maupun intelektual. Seseorang yang berempati memperhatikan kata-kata yang diucapkan, nada suara,  serta bahasa tubuhnya. Dalam empati, seseorang mendengar dengan  hati, mata, dan pikiran secara objektif, yakni menggunakan sekaligus semua pancaindra. (Raja Bambang Sutikno, hal.14)

Empati dalam Kepemimpinan

Pemimpin cenderung efektif mengelola hubungan kerja bila mereka bisa memahami orang lain, mampu mengendalikan emosi, dan berempati terhadap bawahan. Mereka yang berketerampilan sosial cenderung memiliki pergaulan luas, pandai menemukan cara berhubungan dengan berbagai tipe orang, dan yakin bahwa tidak ada hal penting yang dilakukan sendirian.

Orang-orang yang berketerampilan sosial bisa ahli mengelola team dengan baik, karena empati mereka berfungsi. Mereka juga ahli mempersuasi orang lain dan ini merupakan wujud kombinasi dari mawas diri, pengendalian diri dan empati. Dengan keterampilan itu, diyakini dapat mengembangkan kecakapan yang dipahami sebatas keterampilan teknis dan kemampuan pengetahuan seseorang menjadi kompetensi yang mempunyai cakupan lebih komprehensif, terdiri dari: motif, sifat, citra-diri, peran sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi inilah yang diharapkan menjadi karakter mendasar seorang pemimpin. Sebab, ia bisa mendorong lahirnya kinerja yang efektif dan superior dalam pekerjaan.

Kesimpulan

Empati adalah  sebuah konsep yang mendasar dalam kepemimpinan.  Banyak teori  kepemimpinan  menyarankan untuk memiliki kemampuan dan menunjukkan empati. Hal tersebut dikarenakan, empati merupakan bagian penting dalam kepemimpinan. Kepemimpinan membutuhkan  empati untuk menunjukkan kepada bawahan, bahwa atasan peduli  kepada kebutuhan dan prestasi bawahannya.  Seorang pemimpin juga perlu  memiliki empati untuk menyadari orang lain.  Empati juga merupakan bagian penting  dari kecerdasan emosional. Beberapa peneliti percaya, bahwa  pemimpin yang efektif itu penting. Dengan kata lain, empati mempunyai pengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan.  *****

 

 

 

 

Exit mobile version