SRAGEN- Ratusan jemaah salat subuh di Masjid Raya Al-Falah Sragen dibuat terkejut dengan kuliah tujuh menit (Kultum) yang disampaikan usai salat subuh berjemaah Senin (28/5/2018) pagi. Pasalnya, pemberi kultum bukanlah seorang kiai atau ulama yang biasa berceramah di masjid terbesar di Bumi Sukowati.
Tak hanya itu, isi kultum pun juga menyiratkan pesan yang sangat menyentuh. Yakni pesan agar seorang muslim jangan merasa bangga dulu dengan banyaknya salat, puasa dan dzikir yang sudah dilakukan.
Ya, kultum pagi itu memang terasa berbeda. Karena pemberi kultum adalah seorang pria berseragam polisi berdinas di Polres Sragen.
Ia kemudian mengawali kultum yang bertemakan pentingnya hubungan antar sesama dan dengan Allah atau Habluminannas dan Habluminallah.
Layaknya seorang ulama, polisi itu kemudian dengan fasih menggambarkan pentingnya dua hal itu dengan kisah seorang ahli ibadah di zaman Rasullullah.
“Pada zaman dahulu ada seorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya. Hampir bertahun-tahun tidak pernah meninggalkan solat tahajud. Suatu malam ketika hendak mengambil wudhu untuk tahajud, Abu Hasyim bertemu satu makhluk yang duduk di tepi telaga yang ternyata Malaikat utusan Allah yang diutus untuk mencari hamba pencinta Allah sambil memegang sebuah kitab tebal yang isinya kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah,” tuturnya.
Ia kemudian melanjutkan saat itu Abu Hasyim berharap namanya ada didalam kitab dan bertanya kepada malaikat apakah namanya ada di kitab itu. Hasyim merasa yakin karena amal ibadahnya tidak pernah putus.
“Tapi apa yang terjadi? Ternyata namanya tidak ada dalam kitab tersebut sehingga Abu Hasyim sangat kecewa dan menangis,” urainya.
Sang polisi itu kemudian mengisahkan bahwa Malaikat sebenarnya tahu bahwa Abu Hasyim bangun setiap malam ketika yang lain tidur. Mengambil air wudhu dan menahan kedinginan ketika orang lain terlelap.
Akan tetapi Allah telah melarang tangan Malaikat menulis namanya. Hal itu karena bermunajat kepada Allah, tapi memamerkan dengan rasa bangga ke mana-mana, asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Tanpa pernah peduli di kanan kirinya ada orang sakit, ada orang lapar, ada orang sedang sedih, tidak ditengok dan tidak ziarah.
“Bagaimana mungkin dapat menjadi hamba pencinta Allah kalau tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allah. Itu menggambarkan bahwa hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allah semata (hablumminAllah), tetapi juga kepada sesama manusia (hablumminannas) dan juga kepada alam. Seehingga janganlah kita merasa bangga dengan banyaknya salat, puasa dan dzikir karena itu semua belum membuat Allah senang, ” katanya.
Lantas ia menyampaikan karena salat, zikir dan puasa itu hanya untuk diri sendiri. Sebaliknya, yang membuat Allah senang tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah.
“Di situlah Allah hadir di sampingnya dan akan mengganti dengan ganjaran 700 kali,” ujarnya lagi.
Sang polisi itu kemudian memberikan pesan bahwa jika sibuk dengan ibadah ritual dan kemudian membanggakannya, maka itu tandanya hanya mencintai diri sendiri, bukan Allah. Tapi bila berbuat baik dan berkorban untuk orang lain maka itu tandanya mencintai Allah dan tentu Allah senang dengannya.
“Maka buatlah Allah senang maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidup kita lapang dan bahagia,” pungkasnya.
Meski hanya tujuh menit, kultum itu ternyata mendapat apresiasi dari para jemaah. Dan ternyata, sebagian tidak menyangka jika yang memberi kultum pagi itu ternyata adalah Kapolres Sragen, AKBP Arif Budiman.
Kapolres mengatakan giat salat subuh berjamaah dan kultum itu ia lakukan sebagai bagian mempererat silaturahmi dan sinergitas dengan masyarakat utamanya jemaah di Masjid Raya.
Hal itu juga selalu ia tanamkan kepada jajarannya yang muslim untuk senantiasa memakmurkan masjid di sekitarnya dan bersinergi dengan masyarakat. Wardoyo