Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Peran Kepemimpinan dalam Tindakan Edukasi Perawat Terhadap Pasien

Ns Yudhanoorsanti Elmonita S.Kep    Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Undip, Konsentrasi Manajemen, angkatan 2017

Manajemen merupakan sebuah rangkaian proses yang terdiri planning, organizing, actuating dan controlling. Manajemen dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditentukan George dalam Herujito (8).

Sedangkan Manajer adalah seorang yang diberi wewenang serta tanggung jawab demi mencapai tujuan-tujuan yang sebelumnya sudah ditetapkan dalam sebuah organisasi.

Sementara itu, individu masuk ke dalam bagian organisasi  yang bersama-sama berupaya mencapai tujuan tersebut melalui usaha yang dilakukan oleh orang lain.

Seorang Manajer yakni individu yang memiliki kemampuan teknis, kemampuan berinteraksi atau hubungan antara manusia, serta memiliki  kemampuan konseptual (visioning dan strategi).

Di dalam organisasi, manajer berperan penting dalam menentukan arah tujuan organisasi tersebut. Dia memiliki peran penting merumuskan sebuah strategi yang tepat dalam sebuah organisasi. Tetapi, peran manajer tidak terlepas dari peran seorang pemimpin.

Kepemimpinan yakni proses mempengaruhi orang agar dapat memahami serta setuju terhadap apa yang perlu dikerjakan serta bagaimana tugas tersebut dapat dilakukan dengan efektif. Dengan kata lain, dalam kepemimpinan, seorang pemimpin berupaya memfasilitasi usaha individu serta kelompok agar mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin dapat berwujud dalam berbagi jabatan, baik manager maupun anggota.

Manajemen dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam membawa suatu perubahan ke arah yang baik. Perubahan akan terus terjadi secara berkala, oleh karenanya setiap organisasi harus melakukan perubahan agar organisasi tersebut dapat terus berkembang.

Tidak sedikit organisasi yang kurang berani melakukan perubahan, sehingga berakibat pada gagalnya perkembangan organisasi tersebut. Kegagalan sebuah organisasi perusahaan akan  memberi kesempatan pada pesaingnya.  Padahal, perubahan menjadi hal yang harus dihadapi di era globalisasi ini. Salah satu perubahan yang dapat terjadi yakni perubahan dalam pelayanan kesehatan.

*****

Perawat manajer memiliki peranan sebagai penentu kebijakan yang dapat dijalankan oleh kepala bidang, koordinasi kebijakan dengan pelaksanaan lapangan yang dapat dilakukan oleh kepala ruang. Sedangkan perawat pelaksana memiliki peranan penting dalam pemberian asuhan perawatan ke pada pasien.

Beberapa peran perawat yakni sebagai pendidik, advokasi, koordinator, kolabolator, konsultan, pembaharu (CHS dalam Zaidin 2002). Salah satu peran penting yang dimiliki perawat yakni sebagai edukator. Hal tersebut disebabkan karena hampir di seluruh pelayanan yang dilakukan perawat berkaitan dengan edukasi baik kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung. Seperti diungkapkan oleh Potter & Perry (2009), pasien dan keluarga berhak mendapat informasi tentang pelayanan yang akan diterima sesuai bahasa yang diinginkan dan diharapkan pasien dapat didengar dan dihormati.

Perilaku edukasi adalah standar profesi perawat yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan berkualitas dengan tujuan meningkatkan kesehatan pasien, mempertahankan keperawatan diri pasien dan mengembangkan pola hidup sehat.

Edukasi penting dilakukan perawat karena merupakan tanggung jawab dan fungsi penting bagi profesi perawat dalam pemenuhan kebutuhan pasien. Tanggung jawab ini sekaligus sebagai jembatan kesenjangan yang dapat terjadi antara pengetahuan dan kebutuhan perawatan pasien dan kesehatan yang optimal dapat tercapai.

Pentingnya tindakan mengedukasi kepada pasien untuk meningkatkan derajat kesehatan terkadang belum disertai upaya optimal baik dari perawat pelaksana maupun perawat manajer. Seperti yang diungkapkan oleh Yilmaz dalam penelitiannya dari 187 pasien yang memiliki sakit jantung koroner di 3 rumah sakit di Ankara City didapatkan bahwa 93,6% pasien yang akan melakukan rawat jalan mengungkapkan kurang mendapat informasi selama dilakukan perawatan (Yilmaz, 2005). Selain itu, kurang dilakukannya edukasi dapat mempengaruhi rehospitalisasi.

Wolinsky dalam Widiastuti (2012) menjelaskan bahwa 1,5 juta penduduk Amerika dengan myokard infark, memiliki 2,1 juta episode dirawat di rumah sakit dengan sakit yang sama. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukannya tindakan edukasi lebih optimal lagi.

Kondisi di atas mendorong dunia keperawaatan untuk membawa perubahan dalam pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan mengedukasi pasien. Di dalam sebuah pelayanan kesehatan, perkembangan dan perubahan akan terus terjadi seiring berkembangnya keilmuan dan kebijakan. Maka dari itu, seorang manajer atau kepala ruang tidak dapat mengandalkan pengalaman saja untuk memimpin sebuah organisasi. Sikap kepemimpinan perlu diterapkan untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Manajer  memiliki kemampuan memimpin perubahan tindakan edukasi kepada pasien. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan teknis, kemampuan berinteraksi dengan banyak orang.

Kepala ruang merupakan individu yang bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan edukasi terstruktur. Di dalam melaksanankan sistem edukasi terstruktur maka seorang manajer atau kepala ruang dituntut untuk memiliki kemampuan teknis. Melalui pemahaman terhadap pelaksanaan edukasi kepada pasien maka akan memudahkan kepala ruang memberikan contoh terbaik.

Seorang manajer atau kepala ruang mengatur keseluruhan seperti sumber daya manusia, logistik, keuangan dan lain. Sebagai kepala ruang, fungsi manajer berperan penting untuk mengarahkan strategi tindakan edukasi yang tepat yang diterapkan perawat kepada pasien. Oleh karenanya kepala ruang harus dapat mengkomunikaskan sistem edukasi terstruktur kepada perawat pelaksana. Hubungan interaksi manajer atau kepala ruang kepada perawat pelaksana akan mempengaruhi seberapa baik perubahan tindakan edukasi terstruktur dapat diterapkan.

Ruky (2002) mengungkapkan bahwa manajer atau kepala ruang harus memiliki pemikiran kritis dalam menjalankan menajemen keperawatan termasuk berfikir kritis bagaimana tindakan edukasi dapat dilakukan lebih optimal di ruangannya. Manajer atau kepala ruang sebagai koordinator utama bertugas mengkoordinir perawat pelaksana di dalam sebuah ruang rawat inap untuk membuat rancangan tujuan yang jelas berkaitan sistem edukasi terstruktur.

Manajer  atau kepala ruang dituntut untuk memiliki strategi yang jelas, baik dan tepat sebagai pengarah perubahan sistem edukasi menjadi lebih terstruktur sehingga akan lebih optimal dalam pemberian pelayanan kepada pasien.

Seorang pemimpin harus mampu mengelola perubahan tindakan edukasi kepada pasien.  Oleh karena itu, pemimpin harus mau selalu belajar terus menerus, mampu membuka pikiran dan hati terhadap perkembangan yang terjadi.

Pemimpin selalu memiliki keinginan kuat untuk belajar dan mengetahui hal baru termasuk bagaimana tindakan edukasi perawat dapat dilakukan secara optimal yakni salah satunya melalui edukasi keperawatan terstruktur.

Seorang pemimpin juga harus berorientasi pada pelayanan, yakni bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Ketika teradapat hal baru yang akan mengubah sistem lama untuk memperbaiki pelayanan, seorang pemimpin akan menerima perubahan tersebut.

Seperti ketika pemimpin mengetahui perubahan terkait sistem edukasi keperwatan terstruktur untuk pelayanan yang lebih baik, maka ia akan membuka diri terhadap perubahan tersebut.

Seorang pempin yang baik selalu memanfaatkan energi positif. Contohnya, setelah visi ditetapkan di ruangan rawat inap, selanjutnya perubahan dapat dilakukan oleh setiap perawat pelaksana yang bertugas di ruangan tersebut.

Tindakan-tindakan kepemimpinan yang baik akan memotivasi perawat pelaksana lain untuk melakukan perubahan segera dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Individu yang memiliki jiwa pemimpin, biasanya mudah mempercayai orang lain. Individu tersebut akan percaya bahwa rekan sejawatnya mampu melaksanakan visi pelayanan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik melalui edukasi terstruktur.

Pada prinsipnya, setiap individu merupakan pemimpin. Seorang pemimpin akan merasa hidupnya seimbang, yakni dapat menyesuaikan terhadap hal-hal baru.  Penyesuaian terhadap hal-hal baru akan menyeimbangkan keinginan dan tanggung jawab yang dimilikinya dan tidak merasa terbebani untuk menjalaninya.

Seorang pemimpin harus memiliki keyakinan untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Ketika terjadi perubahan di dalam manajemen keperawatan di ruangannya seperti perubahan sistem edukasi keperawatan yang ada, maka seorang pemimpin memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya bisa melakukan perubahan dengan baik.

Garl Yuki di dalam Susanto menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan perilaku individu dan aktivitas kelompok ke sebuah tujuan yang ingin dicapai. Hemhil & Coons di dalam Susanto juga menjelaskan bahwa Kepemimpinan merupakan pengaruh antar individu yang dapat dijalankan suatu situasi tertentu dan dapat diarahkan dari proses komunikasi untuk mencapai tujuan bersama.

Terhadap dinamisasi dalam hal keperawatan ini, seorang pemimpin harus selalu mau berlatih demi memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tinggi.

Untuk meraih cita-cita tersebut, seorang pemimpin yang baik tidak bisa berdiam diri melainkan harus melakukan sesuatu perubahan, minimal untuk dirinya sendiri. Pemimpin harus menjadi role model bagi perawat pelaksana lainnya. Melalui dedikasinya yang tinggi, maka akan memotivasi perawat pelaksana lain untuk meningkatkan dedikasi dirinya melakukan tindakan terbaik yang mendukung cita-cita bersama.

Individu manusia pasti pernah melakukan kegiatan memimpin, paling tidak memimpin dirinya sendiri. Oleh karenanya, antar satu individu dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Alangkah baiknya apabila di dalam sebuah ruangan, setiap perawat dapat memimpin dirinya sendiri dengan baik. Jika setiap perawat dapat memimpin diri dengan baik maka perubahan baik yang diharapkan oleh seorang manajer atau kepala ruang akan mudah terwujud. Perubahan sistem edukasi keperawatan terstruktur akan optimal apabila ada proses saling mempengaruhi antar individu perawat untuk mencapai ke arah lebih baik.

Di dalam melakukan sebuah perubahan, tidak akan selamanya mudah dilakukan. Berbagai rintangan akan muncul silih berganti. Oleh karenanya, memerlukan strategi tepat dan terbaik untuk mengelolanya. Strategi perubahan yang telah ditetapkan kemudian dilaksanakan oleh setiap individu perawat. Selanjutnya tugas seorang pemimpin adalah menyusun rencana kerja dan mengatur menjadi kesatuan kerja yang efektif.

Akan tetapi, jika ternyata rencana kerja yang dilakukan dalam rangka pengelolaan perubahan yang dilakukan kesulitan diterapkan dikarenakan kurangnya keyakinan dalam diri perawat, maka tugas pemimpin yakni menanamkan di dalam hati serta pikiran untuk menyadarkan perawat pelaksana bersama-sama mencapai tujuan yang diinginkan. Manajer atau kepala ruang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang efektif akan membawa perubahan ke arah yang baik dengan mudah. Seorang manajer atau kepala ruang yang memiliki perawat pelaksana yang memiliki kepemimpinan yang tinggi untuk dirinya sendiri, maka juga akan memudahkan tercapainya visi misi ruangan tersebut.  *****

 

 

Exit mobile version