JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Setengah Bulan Lebih Status Waspada Merapi Belum Dicabut, Ini Masalahnya

   
Ilustrasi, pemadangan Gunung Merapi pasca erupsi. Foto/Antara

JOGJA  – Gunung Merapi masih berstatus Waspada (level II) hingga hari ini sejak ditetapkan  tanggal 21 Mei 2018 lalu. Bila dihitung, sudah sekitar 17 hari status Waspada ini ditetapkan.

Aktivitas hari ini yang paling mencolok terjadi hembusan setinggi 75 meter pada pukul 05.48 WIB mengarah ke barat daya. Hembusan ini jelas terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo dan Babadan.

Pada sesi jumpa pers pagi ini, Rabu (6/6/2018), Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida didampingi Kasi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santosa menjelaskan soal kelengkapan fasilitas yang mendukung pemantauan aktivitas Gunung Merapi dan perbedaan erupsi tahun 2006, 2010 dan 2018.

Gunung Merapi memiliki lima pos pengamatan, jumlah pos  terbanyak di seluruh Indonesia.
Pos pengamatan tersebut terletak di Selo, Babadan, Jrakah, Kaliurang dan Ngepos.
Selain itu untuk kebutuhan pemantauan aktivitas Gunung Merapi, terdapat 30 stasiun seismik.

Baca Juga :  Terlibat Keributan Antarkelompok di Yogya, Polisi Amankan Seorang Pemuda Berikut Gesper Besi

“Stasiun seismik terjauh berjarak 40 kilometer dari puncak ada di daerah Imogiri. Ini untuk mengetahui apakah pada saat terjadi fenomena erupsi, adakah sumber lain yang menyebabkan atau tidak,” ujar Hanik.

Di kesempatan yang sama, Agus menjelaskan bahwa dinamika aktivitas Gunung Merapi saat ini, sejak letusan pada tanggal 11 Mei 2018 lalu memang memungkinkan mengarah ke fase erupsi selanjutnya.

Hanya saja, untuk memprediksi apakah bakal terjadi fase erupsi lanjutan, pihaknya masih terus mengkaji data dari aktivitas harian Gunung Merapi ini.

Baca Juga :  Lakukan Tindakan Asusila di Sekolah, 2 Guru Berstatus PPPK di Gunungkidul Dipecat

Indikasi kegempaan terlihat sangat jelas meningkat sehingga indikasi untuk melihat apakah bakal terjadi erupsi lanjutan lebih lengkap.

Indikasi bakal terjadi erupsi lanjutan salah satunya bisa dilihat dari data kegempaan.
Pada tahun 2006, maksimum vulkanik tektonik perhari bisa mencapai 20 kali, sedangkan pada tahun 2010 bahkan bisa mencapai 200 kali.

Sementara itu untuk multiphase mencapai 250 kali dan di tahun 2010 bisa melonjak menjadi 600 kali.

“Kalau erupsi saat ini masih belum sebanyak itu data kegempaannya. Kalaupun nanti bakal meletus tiba tiba kami berharap tidak besar, mengingat data data indikasi ke fase erupsi lanjutan masih belum kuat,” terbagi Agus. # Tribunnews

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com