SUKOHARJO-Tiga mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meneliti lagu Bojo Galak. Dari penelitian lagu yang dipopulerkan Via Vallen tersebut, ketiganya lolos mendapatkan pendanaan penelitian dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dari Kemenristekdikti.
Putri Haryanti, salah seorang mahasiswa anggota tim peneliti menyebutkan, PKM merupakan suatu wadah yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Dikti) dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa untuk mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu dan teknologi yang telah mereka dapatkan pada bangku perkuliahan kepada masyarakat luas.
Bagi tiga mahasiswa UMS itu, munculnya lagu Bojo Galak mempunyai daya tarik tersendiri sehingga mereka tertarik untuk ikut meneliti. “Bojo Galak merupakan salah satu lagu ciptaan Pendhoza, grup band asal Imogiri, Yogyakarta. Lagu ini semakin dipopulerkan ketika dibawakan oleh penyanyi dangdut Via Vallen dan Nella Kharisma. Masyarakat pun jadi seperti “demam” menyanyikan lagu ini,” ungkap Putri.
Lagu Bojo Galak itu, lanjut Putri Haryanti sudah menyebar di semua kalangan, tak terkecuali anak-anak di bawah umur. Banyak anak-anak dengan fasih menyanyikan lagu ini. “Salah satu lirik yang sering dinyanyikan adalah yo wes ben nduwe bojo sing galak, yo wes ben sing omongane sengak, seneng nggawe aku susah, nanging aku wegah pisah.” Padahal saya yakin jika ditanya mereka tidak paham akan makna dalam lirik tersebut,” ujarnya.
Selain itu, kata Dia, salah satu dampak dari lagu tersebut, anak-anak mulai mengenal istilah “bojo”. Makna “bojo” seharusnya hanya dibicarakan orang dewasa saja, namun di era sekarang ini, anak-anak sudah mulai terbiasa dengan istilah ini.
“Jika hal ini dibiarkan anak-anak akan terjerumus pada makna yang mereka simpulkan sembarangan. Banyak anak-anak dengan riang menyanyikan lagu Bojo Galak meskipun ia tidak mengetahui makna sebenarnya dalam lagu tersebut. Dari itulah kita pingin meneliti lebih jauh,” ujarnya.
Ditambahkan Putri, temuan dari penelitian ini antara lain adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan di dalam lirik lagu Bojo Galak. Salah satu contohnya terdapat dalam lirik “yo wes ben nduwe bojo sing galak, yo wes ben sing omongane sengak, seneng nggawe aku susah, nanging aku wegah pisah.”
Dalam lirik lagu tersebut menceritakan seorang istri yang galak dan merasa selalu benar, sedangkan apapun yang dilakukan suami selalu salah. Namun, sang suami tetap menerima bagaimanapun kondisi istrinya.
“Tentu hal ini, sangat jarang ditemui di dunia nyata. Sepanjang yang kami ketahui sebuah hubungan rumah tangga akan berjalan harmonis apabila suami dan istri saling memberi perhatian satu sama lain,” tambahnya.
Dosen pembimbing tim PKM, Laili Etika Rahmawati sangat mendukung penuh apa yang sedang di lakukan oleh Putri dan kawan-kawan. “Untuk saat ini saya hanya ingin tim PKM ini berfokus memperbanyak data untuk dapat dijadikan bahan pembuatan artikel sehingga dapat di submite pada jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Dengan demikian dapat menaikkan nilai pada saat monev eksternal mendatang,” katanya.
Target untuk saat ini adalah menyelesaikan laporan akhir dan pembuatan komik sebagai salah satu luaran PKM. Komik tersebut menceritakan fenomena anak yang menyanyikan lagu-lagu dangdut, khususnya dangdut koplo namun mereka tidak memahami makna yang terselip di dalamnya. Selain itu, pada akhir komik ini juga disajikan cuplikan lirik lagu dangdut ramah anak.
Menurut Hari dan Tety, anggota dari tim PKM lainnya, pembuatan komik ini sebagai sarana sosialisasi kepada anak-anak mengenai gerakan cipta lagu dangdut ramah anak. “Kami berharap dengan hadirnya komik ini semoga dapat menjadi bacaan yang ramah untuk dibaca segala usia terutama anak-anak,” ujar Hari.(Tim Akademia UMS / Marwantoro)