JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Akademia

Dosen UMS Gelar Sidang Tesis Melalui Teleconference dengan University of Canterbury New Zealand

Aditya Saputra saat menjalani sidang tesis melalui teleconference di Kampus UMS, Senin (9/7/2018). Foto: UMS
   
Aditya Saputra saat menjalani sidang tesis melalui teleconference di Kampus UMS, Senin (9/7/2018). Foto: UMS

SUKOHARJO-Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk pertama kalinya menggelar ujian tesis doktoral melalui teleconference. Kali ini dijalani oleh Aditya Saputra SSi, MSc, dosen Fakultas Geografi UMS, bertempat di Ruang Ujian Gedung Siti Walidah kampus setempat, Senin (9/7/2018).

Dalam ujian melalui fasilitas teleconference tersebut, Aditya berhadapan dengan dewan penguji yang masing-masing berada di tempat berbeda. Aditya sendiri berada di di Kampus UMS Surakarta.

Sedangkan para penguji yang terdiri dari  Dr Ben Adam selaku Ketua Tim Penguji berada di University of Canterbury, New Zealand dan Dr Rer Nat Djati Mardiatmo MSc berada di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Satu lagi penguji yakni Dr Candide Lissak di Caen Universitait Prancis.

Sedangkan Aditya mengatakan, dari hasil kesepakatan dengan para penguji, untuk ujian tesis meraih gelar PhD ini memang digelar dengan teleconference. Selain mempersiapkan materi ujian, dia juga harus ektra mempersiapkan sisi teknis sehingga ujian bisa berjalan lancar.

Dalam paparannya tesisnya, Aditya menjelaskan hasil penelitiannya di Kecamatan Pleret, Bantul mengenai bencana gempa yang bisa berdampak bagi terjadinya bencana bentuk lain.

Adapun judul tesis yang dipaparkan di hadapan dewan penguji berjudul “Understanding the earthquake multi-hazard and risk using remote sensing and geographic information system in Pleret, Yogyakarta, Indonesia.”

“Ini penelitian mengenai multiple hazard. Gempa bumi bisa saja menghasilkan longsor, atau banjir dan musibah lain. Penelitian saya di daerah Pleret, Bantul. Jadi kita petakan zona ini rawan apa saja, apakah gempa bumi saja atau gempa yang bisa berdampak banjir, atau berdampak longsor dan lainnya. Lalu kita paparkan alternatif solusinya. Bangunanya yang dibangun dan bentuk-bentuk atau model solusi lain,” ujarnya.

Dalam sidang ujian melalui teleconference itu para penguji tampak antusias menanyakan dan sharing dengan Aditya. Penguji lebih merekomendasikan hal-hal teknis mengenaia penelitian. Misalnya, area-area yang berbahaya harus jelas, bentuk bangunan dan lainnya.

Ujian teleconference itu berlangsung sekitar dua jam. Aditya mengaku pusa dengan hasil sidang melalui teleconference tersebut. Hanya saja bandwith perlu dinaikkan biar semakin bagus hasilnya.

Meski baru pertama kali digelar di Kampus UMS, ujian dengan fasilitas teleconference tersebut berjalan lancar tanpa kendala, terutama menyangkut kelancaran sambungan internetnya.

“Alhamdulillah berjalan lancar. Sebelumnya sudah kita persiapkan secara matang untuk teknisnya. Kemudian pada waktu pelaksanaan juga tidak ada kendala. Penguji juga bisa memahami semua paparan yang kami sampaikan,” ungkap Aditya.

Menurutnya, model ujian teleconference ini bisa jadi alternatif di UMS. Selain lebih efisien juga mempermudah. “Memang enak face to face sehingga kita bisa berdiskusi secara total. Tapi dengan cara teleconference juga bisa jadi alternatif karena lebih efisien,” ujarnya. (Triawati Purwanto)

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com