JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Semarang

Jogja Pun Capai 18 Derajat Celcius, Ini Kondisi di Dieng

   
Ilustrasi/Tempo.co

BANJARNEGARA – Kalau Kota Jogja saja cuaca dingin bisa mencapai 18 derajat Celcius, bagaimana dengan kawasan Dieng yang  selama ini dikenal sebagai daerah dingin? Air menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal es.

Terkait fenomena itu, Pemerintah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah menilai fenomena embun yang membeku atau bun upas di kawasan dataran tinggi Dieng setiap kemarau sebagai berkah sekaligus bencana. Tanaman, daun dan rerumputan di kawasan dataran tinggi itu berselimut es seperti salju. Warga menyebutnya sebagai suasana Eropa di tanah Jawa.

“Berkahnya fenomena bun upas ini wisatawan banyak berdatangan,” kata Sekretaris Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah Sabar Alfarisdi, Sabtu (7/7/2018).

Penginapan-penginapan di kawasan itu penuh pelancong, sektor pariwisata menggeliat. Sabar menuturkan, sejak embun beku pada Jumat 6 Juli 2018, pihaknya memantau kondisi kawasan Candi Arjuna yang jaraknya sekitar lima kilometer dari desanya itu.

Baca Juga :  Lakukan Balapan Liar di Ungaran, Puluhan Pemuda Dihukum Menuntun Motor Mereka ke Polres Semarang

“Parkiran penuh kendaraan wisatawan luar daerah, mikro (sebutan angkutan bus mini pedesaan di kawasan Dieng) juga bolak-balik mengangkut wisatawan ke situ sampai siang,” ujarnya.

Semua akses menuju kawasan wisata tetap dibuka secara normal. “Wisatawan diminta menjaga kesehatan karena suhu bisa tambah ekstrem sampai di bawah 0 derajad celcius,” ujar Sabar. Ekstremnya suhu Dieng bisa membuat sesak nafas dan perut kram bagi yang tak tahan dingin.

“Kalau warga di sini karena sudah terbiasa tak begitu masalah, meski tetap sama kedinginan juga tapi tak sampai sakit.” Sabar menyarankan para tamu yang berkunjung ke Dieng menyiapkan jaket tebal, syal, kaus tangan dan kaki untuk menahan dingin yang menembus tulang. “Untuk persiapan, bayangkan saja kalau mau jalan-jalan ke Eropa pas salju turun,” ujar Sabar.

Baca Juga :  Empat Pria Setengah Mabuk Aniaya Pemilik Café di Semarang Diringkus Polisi

Dampak buruknya, ujarnya, belum ditemukan cara yang efektif menekan puso atau gagal panen dari tanaman komoditas utama khususnya kentang yang sudah terlanjur ditanam warga sekitar Dieng. Sebab sampai sekarang datangnya bun upas terus berubah saat musim kemarau. Usia tanaman kentang yang ditanam warga periode masa panennya tiga bulan atau 100 hari.

“Setelah fenomena bun upas lewat, tanah pertanian kami jadi lebih gembur, jadi seolah sehat dan subur lagi untuk ditanami.”   

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com