SUKOHARJO-Tim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menemukan khasiat daun Srikaya untuk obat alternatif peluruh kencing (diuretika).
Awal penelitian ini, Dewi Naseti dan kawan-kawan ingin mencari alternatif obat bagi peluruh kencing yang tidak berasal dari obat kimiawi. Maka ditemukanlah ekstrak daun srikaya untuk memudahkan kencing.
“Selain kelezatan daging buahnya, ternyata bagian dari Srikaya tanaman srikaya seperti daunnya memiliki kandungan dalam daun srikaya yang sangat bermanfaat,” ujar Dewi, Ketua tim peneliti.
Untuk penelitian ini Dewi Naseti melakukan bersama dua teman sesama mahasiswa semester 6 yakni Lili Puspadewi dan Tisya Indara Wulan. Mereka dibimbing oleh Prof Dr dr EM Sutrisna, MKes. Untuk uji penelitian menguji efektifitas daun Srikaya tersebut dilakukan di laboratorium Farmakologi FK UMS.
Dalam penelitian tersebut, Dewi Naseti dan kawan-kawan mengujicobakan kepoada hewan tikus putih jantan sebanyak 25 ekor dengan dibagi dalam lima kelompok dengan kategori masing-masing. Baik ada yang memakai ekstrak daun srikaya, yang memakai obat kimiawi hingga yang diberikan air saja.
“Hasilnya ujicoba, dosis ekstrak etanol 96 persen daun srikaya memiliki daya pengeluaran kencing yang paling besar dibanding yang diberikan air dan kimiawi,” ungkap Dewi Naseti, Kamis (12/7/2018).
Dikatakan Dewi, kemungkinan kandungan dalam daun srikaya yang memungkinan efek diuretik adalah flavonoid. “Diuretik merupakan peluruh kencing yang dalam dunia medis dapat digunakan untuk keadaan hipertensi, edema (timbunan cairan) dan lain-lain. Diuretik banyak dibutuhkan pada penyakit-penyakit infeksi sampai penyakit karena proses penuaan. Daun srikaya ini dapat dijadikan alternatif obat yang berasal dari alam,” ungkapnya.
Dewi, Lili dan Tisya menambahkan, untuk proses penelitian, daun srikaya dikeringkan dijadikan serbuk lalu direndam dengan etanol 96 persen.
“Kemudian dibiarkan dan disaring serta diuapkan sampai menjadi kental. Lalu esktrak kental tersebut dilarutkan dalam air dan diberikan kepada tikus lewat mulut sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Lalu urin diamati. Dihitung volumenya dari urin total setiap jam pengamatan untuk dihitung. Hasilnya ternyata memberikan efek kemudahan kencing pada tikus,” ungkap mereka.
Mereka mengajukan proposal penelitian kepada kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. “Proposal penelitian yang kami ajukan berhasil mendapatkan pendanaan,” katanya seraya menambahkan hampir selama 6 minggu mereka melakukan penelitian tersebut. (Tim Akademia UMS | Triawati P)