MAGELANG – Indonesia ternyata tidak kekurangan putra-putera daerah yang berprestasi. Salah satunya adalah para siswa dari Universitas Tidar (Untidar) Magelang ini.
Mereka berhasil membuat tetes tebu yang merupakan limbah dan lebih seringnya dibuang, menjadi obat nyamuk yang mujarab.
Tetes tebu atau Molase seringkali dianggap remeh oleh banyak orang.
Limbah dari pengolahan gula tebu yang berwujud cair tersebut hanya dibuang, paling banter digunakan sebagai campuran pupuk cair.
Tetapi siapa sangka, di tangan tiga orang mahasiswa Universitas Tidar Magelang dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2018, limbah tetes tebu dan molase ini bisa disulap menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis yang tinggi.
Adalah Imam Badrus Soleh, Ayu Septia Andriani, dari Prodi Agroteknologi, dan Siti Mulyani dari Prodi Pendidikan IPA, tiga orang mahasiswa Universitas Tidar yang mengembangkan limbah tetes tebu atau molase, menjadi obat nyamuk alami dan ramah lingkungan.
Salah seorang peneliti, Imam Badrus Soleh, menuturkan, molase adalah limbah dari pengolahan gula tebu yang berwujud cairan kental bewarna cokelat.
Limbah tetes tebu tersebut biasanya hanya dibuang, atau dimanfaatkan sebagai campuran pupuk cair.
“Molase atau tetes tebu ini limbah yang biasanya hanya dibuang, tetapi saat ini kebanyakan hanya dimanfaatkan sebagai campuran pupuk cair. Biasa dapat ditemukan di toko-toko pertanian,” kata Imam, Senin (16/7/2018).
Berangkat dari situ, Imam bersama kedua rekannya pun meneliti kandungan dari Molase atau tetes tebu tersebut.
Tetes tebu tersebut ternyata memiliki kandungan sukrosa yang tinggi. Ketika zat tersebut difermentasikan, maka akan mengeluarkan gas karbondioksida (CO2).
Gas karbondioksida telah diteliti sebelumnya sebagai zat antraktan yang dapat mengusir dan mematikan nyamuk.
Mereka pun terpikir untuk membuat obat nyamuk dari limbah tersebut.
“Fermentasi molase dan ragi roti terbukti dapat digunakan sebagai penarik (antraktan) nyamuk. Produk obat nyamuk dipasaran hanya mengusir nyamuk dan akhirnya pindah ke tempat lain berbeda dengan fermentasi molase ini, memerangkap dan akhirnya nyamuk mati di dalamnya,” ujar Imam.
Imam bersama kedua rekannya pun melakukan percobaan fermentasi terhadap tetes tebu atau molase tersebut dan merancang obat nyamuk alami.
Dimulai dari mengumpulkan bahan tetes tebu dari sejumlah toko pertanian dan tempat produksi gula tebu. Mereka pun memulai uji coba fermentasi molase.
Percobaan dilaksanakan selama 14 hari pada pertengahan Mei 2018 di salah satu rumah mahasiswa Untidar, Tri Sulistyo.
“Hasil fermentasi ini kemudian dimasukkan ke sebuah alat perangkap sederhana dari botol plastic dan ditempatkan di pojok-pojok ruangan,” jelas Imam Badrus Soleh.
Dalam 1 ruangan ditempat 3-4 botol berisi cairan fermentasi molase. Setelah selesai masa uji coba maka ditemukan hasil 1 botol fermentasi molase berhasil memerangkap rat-rata 17-20 nyamuk.
“Percobaan kami berhasil untuk satu ruangan dengan 3-4 botol fermentasi, kami memerangkap rata-rata 17-20 nyamuk. Penelitian ini kami lakukan berulangkali dan mendapatkan hasil yang sama,” katanya.
Dikatakan oleh Imam, obat nyamuk dari fermentasi molase ini diklaim jelas lebih aman dan lebih efektif dari produk pasaran yang banyak menggunakan bahan kimia.
Pihaknya masih perlu melakukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan formulasi obat nyamuk tersebut.
Pihaknya juga masih memikirkan perangkap yang lebih sempurna, pasalnua bau gas CO2 hasil fermentasi masih tercium tajam serta perangkap nyamuk yang masih menggunakan botol bekas dirasa masih kurang menarik dan rawan tumpah.
“Uji coba keamanan gas CO2 hasil fermentasi molase ini juga perlu penelitian lanjutan, misal apakah kedepannya aman digunakan untuk ruangan yang terdapat bayi atau anak-anak ,” tuturnya. #Tribunnews