SRAGEN- Usai mendaftarkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai Bakal Capres-Cawapres, Partai Gerindra sudah menyiapkan sejumlah isu strategis untuk bertarung melawan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, Ferry Juliantono mengatakan salah satu isu sentral yang akan dijadikan senjata untuk pertarungan di Pilpres Apil 2019 mendatang adalah isu masalah-masalah ekonomi.
Hal itu disampaikan Ferry saat menghadiri konsolidasi sekaligus memberikan pendidikan politik kepada jajaran struktural Partai Gerindra Sragen di DPC Gerindra Sragen, Minggu (12/8/2018).
Di hadapan para kader, DPC, PAC dan sayap partai, Ferry meyakinkan duet Prabowo-Sandiaga akan menjadi pasangan yang akan menyelesaikan masalah-masalah ekonomi di negeri ini. Untuk menuju itu, pihaknya sudah menyusun beberapa strategi dan program soal isu sentral yang akan diangkat oleh Prabowo-Sandiaga.
Diantaranya isu tentang penciptakaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga sembako.
“Penciptakan lapangan pekerjaan akan kita jadikan isu utama. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak lebih dari 5 persen sejak dipegang Pak Jokowi, itu telah menciptakan pengangguran yang luar biasa,” paparnya kepada wartawan.
Menurutnya hal itu diperparah dengan kebijakan pemerintah mendatangkan tenaga kerja asing. Hal itu dinilai telah mengambil hak-hak pekerja, buruh di Indonesia serta jutaan pemuda angkatan kerja yang masih menganggur.
Selain isu lapangan kerja, partainya akan mengusung isu harga sembako. Menurutnya, Prabowo-Sandiaga akan memprioritaskan pengendalian harga-harga sembako yang dirasakan makin berat bagi ekonomi rumah tangga.
“Termasuk kenaikan harga tarif dasar listrik, BBM, tarif tol dan lain-lain,” terangnya.
Ferry juga menyampaikan isu sentral lain adalah upaya menyelamatkan kembali situasi moneter Indonesia. Ia menilai terus anjloknya nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp 15.000 per dolar, menjadi sinyal membahayakan bagi perekonomian nasional.
Karenanya, duet Prabowo-Sandiaga akan berupaya memperkuat rupiah dan cadangan devisa negara. Lantas, isu lain adalah perihal upaya memerangi impor.
“Sekarang ini apa-apa diimpor. Beras diimpor 1 juta 1 juta ton terus. Ini yang terbanyak sepanjang sejarah Indonesia. Ditambah lagi impor komoditas lain seperti gula, bawang putih dan lainnya. Ke depan kita akan kembalikan status negara kita menjadi produsen,” tegasnya.
Sementara di luar isu ekonomi, pihaknya juga akan mengangkat masalah pembangunan infrastruktur. Ferry memandang selama ini infrastruktur yang dibangun pemerintahan Jokowi hanya berfokus pada jalan. Sebaliknya, ke depan pembangunan infrastruktur akan diarahkan untuk memperkuat sektor ekonomi seperti pendirian pusat pertumbuhan ekonomi yang langsung mengena di masyarakat.
“Termasuk reformasi agraria juga akan kita prioritaskan,” pungkasnya. Wardoyo