Beranda Edukasi Akademia Mahasiswa UMS yang KKN di Lombok Aman, Tidak Akan Ditarik karena Justru...

Mahasiswa UMS yang KKN di Lombok Aman, Tidak Akan Ditarik karena Justru Membantu Korban

Mahasiswa UMS yang KKN di Lombok sedang berfoto bersama dengan Rektor UMS Dr Sofyan Anif MSi dan Dekan FKIP Prof Dr Harun Prayitno MHum di Lombok, Jumat (10/8/2018). Foto: dok UMS
Mahasiswa UMS yang KKN di Lombok sedang berfoto bersama dengan Rektor UMS Dr Sofyan Anif MSi dan Dekan FKIP Prof Dr Harun Prayitno MHum di Lombok, Jumat (10/8/2018). Foto: dok UMS

SOLO-Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif menegaskan para mahasiswa yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Mataram, NTB dalam kondisi sehat dan aman. Hal itu sekaligus menyanggah berita simpang siur terkait kondisi para mahasiswa di lokasi KKN tersebut.

Menurut Sofyan, pihaknya memiliki banyak pertimbangan terkait alasan tidak ditariknya para mahasiswa yang mengikuti KKN di Mataram tersebut. Pertimbangan yang pertama yaitu bahwa Muhammadiyah memiliki struktur organisasi yang sangat baik di mana di dalamnya terdapat lembaga khusus penanggulangan bencana seperti Hizbul Wathon serta Lazismu. Lembaga-lembaga tersebut bertugas untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.

“Jadi kami memiliki mitra di sini, termasuk di PDM Lombok. Berbeda dengan Perguruan Tinggi lain yang mungkin tidak ada mitra, dimana saat gempa terjadi akan sangat wajar jika mahasiswa KKN ditarik. Berbeda dengan UMS, justru dengan tidak ditariknya mahasiswa KKN ini akan lebih bermanfaat terutama dalam hal membangun karakter. Membangun soft skill bagi para mahasiswa, tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan saja. Soft skill dibentuk supaya mereka memiliki kemahiran komunikasi dengan masyarakat dan mencari solusi dari problem masyarakat, belajar berempati,” ujarnya, Jumat (10/8/2018) lewat jaluran telepon.

Sebaliknya, Sofyan justru mengkhawatirkan kesan yang tidak baik akan timbul jika mahasiswa KKN ditarik setelah ada gempa. Hal itu akan menunjukkan ketidakpekaan dan kepedulian UMS bersamanya mahasiswanya.

“Mahasiswa diminta untuk terjun bersama dengan komponen Muhammadiyah lainnya. Mereka bisa melihat dan ikut menolong korban sehingga muncul karakter empati dan tanggung jawab terhadap problem masyarakat. Prinsipnya, kami memiliki target yang berbeda. Sehingga jika ada anggapan bahwa kami tidak merespon kondisi para mahasiswa, itu salah. Kami di sini bersama dengan mereka dan mereka tidak ada yang menginginkan untuk pulang. Hanya ada satu mahasiswa yang dipulangkan itupun karena permintaan dari orang tua dan kami mengijinkan. Wajar saja jika orang tua khawatir, namun jika ada anggapan bahwa UMS tidak tanggap, itu sudah menyangkut harkat mastabat lembaga,” tegasnya.

Selain itu, Sofyan mengungkapkan pihaknya telah melakukan kajian dan survei terlebih dulu dan memastikan seluruh kondisi aman sebelum memutuskan untuk tidak tidak menarik mahasiswanya.

“Kota Mataran aman, dan anak-anak sehat. Mereka akan tetap disini hingga KKN selesai tanggal 27 Agustus 2018. Selain mengirimkan bantuan,  kami juga berencana untuk memberikan sapi untuk Idul Korban bagi para korban gempa disini,” tukasnya.

Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM), Maemunah yang sekaligus sebagai orang tua angkat para mahasiswa KKN UMS di Mataram, menambahkan dirinya bersama 22 mahasiswa KKN UMS dalam kondisi baik.

“Kalau muncul kekhawatiran dari para orang tua itu sangat wajar. Namun kami di Muhammadiyah lebih dari sekedar kebersamaan dalam organisasi, namun kami seperti keluarga. Anak-anak sudah saya anggap anak saya sendiri dan mereka aman di sini,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa peserta KKN Mataram, Rustam Afandi mengaku tetap tertarik untuk meneruskan program KKN di Mataram. “Saya meluruskan kami di sini baik-baik saja. Kami sehat dan baik. Kami disini membantu penyaluran bantuan korban gempa katena sementara sekolah-sekolah diliburkan,” tandasnya. (Triawati Purwanto)