JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Jemparingan Mataraman Al Jawi Baturetno Wonogiri. Ikuti Sunah Nabi Hidupkan Kembali Panahan Prestasi

Anggota yunior Paguyuban Jemparingan Al Jawi serius berlatih memanah
   
Anggota yunior Paguyuban Jemparingan Al Jawi serius berlatih memanah

WONOGIRI-Dasawarsa 70-an Kecamatan Baturetno merupakan gudangnya atlet panahan tradisional atau jemparingan di Wonogiri. Seiring berjalannya waktu, olahraga ini mulai meredup. Namun kini dihidupkan kembali oleh Paguyuban Jemparingan Mataraman Al Jawi.

Anggota Paguyuban Jemparingan Mataraman Al Jawi, Baturetno, Wonogiri, hingga kini intensif berlatih memanah model jemparingan. Pengurus Paguyuban Jemparingan Mataraman Al Jawi, Mbah Dedy mengatakan kerap menggelar Gladen atau latihan jemparingan bersama. Lokasinya di Dusun Patuk, Desa Baturetno. Sementara itu, Komunitas Al-Jawi beranggotakan 20 orang, berasal dari berbagai generasi, kebanyakan kawula muda. Komunitas ini terbentuk pada 2016 lalu.

Dalam helatan gladen tersebut, puluhan atlet Jemparingan Mataraman turut serta unjuk kebolehan. Mereka berasal dari Wonogiri, Sukoharjo, Solo, Kulonprogo dan Yogya. Gladen tersebut dilakukan tidak saban hari, namun hanya setiap Minggu Pon. Gladen dilakukan secara bergilir seperti di Kecamatan Wonogiri, Jatisrono, Jatipurno dan Slogohimo.

“Selain menjalin persahabatan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk upaya kami untuk mempertahankan budaya Jawa, khususnya Jemparingan Mataraman. Di sisi lain kita juga mengikuti Sunah Nabi Muhammad SAW, dimana olah raga itu adalah jemparingan, berkuda dan berenang,” beber dia, Kamis (13/9/2018).

Baca Juga :  Resep Opor Ayam Gurih, Hidangan Istimewa untuk Lebaran 2024

Sedang dalam sesi gladen ini, setiap peserta mengikuti 20 rambahan (sesi) dimana setiap sesinya, peserta diwajibkan memanah sebanyak empat kali. Menurut sesepuh Baturetno ini, jemparingan merupakan salah satu budaya Jawa yang selama ini kerap dipandang sebelah mata. Sehingga perlu dilestarikan. Diakui, selama ini animo masyarakat dengan olahraga tersebut masih minim, bahkan kalah pamor dengan olahraga lain.

Dirinya pun berharap agar tradisi Jemparingan Mataraman ini ke depannya dapat bersanding dengan budaya lainnya serta dapat bertahan dengan segala eksistensinya.

“Kami denganniat ingsuningin menghidupkan  jemparingan Baturetno yang pernah berjaya di era 70-an. Dimana atlet jemparingan asal Baturetno menjadi salah satu jawaranya bersanding dengan atlet asal Jatinom, Klaten dan Tawangmangu, Karanganyar,” harap dia.

Baca Juga :  Overkendel! Lebaran di Penjara Gegara Main Sabu di Wonogiri

Dia menerangkan, bagian panah terdiri dua, busur dan anak panah. Busur terbagi lagi menjadi pegangan tangan atau cengkolak, sayap atau lar, tali atau kendeng.

Kemudian anak panah terbagi menjadi bedor atau ujung panah, deder atau badan anak panah, wulu atau bulu, dan nyenyep atau tempat kaitan anak panah dengan tali busur. Sasaran berupa bandul, terbuat dari jerami atau benda lain yang bisa ditembus anak panah. Jarak memanah antara 30-50 meter.

Sementara pengurus Paguyuban Jemparingan Mataraman Sambernyowo Wonogiri, Budi Narwantomembeberkan, panahan sempat berjaya di Wonogiri. Deretan nama atlet pernah mengharumkan Kota Mete, seperti Koh Sing, dan Sutarjo. Masa keemasan tersebut terjadi pada dasawarsa 60-an hingga 70-an. Sempat menjadi langganan juara di tingkat provinsi. Sebagian besar atlet berasal dari wilayah Baturetno. Aris Arianto

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com