JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

BPS Prediksi Surplus Beras 2,85 Juta Ton, Hanya Cukup untuk Sebulan Konsumsi

Ilustrasi padi. Pixabay
   
Ilustrasi padi. Pixabay

JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut surplus beras hingga akhir tahun 2018 diperkirakan sekitar 2,85 juta ton. Namun demikian, konsumsi beras di dalam negeri2,5 juta ton dalam satu bulan.

“Saya tidak pada posisi bilang cukup atau tidak karena BPS tidak membuat kebijakan, tapi kalau hitung-hitungan kasar saja, surplus itu hanya cukup untuk satu bulan,” ujar dia di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Belum lagi, Suhariyanto menyoroti bahwa surplus beras itu ternyata tersebar di berbagai pihak, antara lain rumah tangga petani, rumah tangga konsumen, gudang Badan Urusan Logistik, di pedagang, penggilingan, hotel, hingga restoran.

“Biasanya sekitar 44 persen surplus itu ada di rumah tangga petani,” kata Suhariyanto. Adapun jumlah petani di Indonesia bisa mencapai 14,1 juta juwa. Dengan demikian apabila angka surplus itu dibagikan dengan angka populasi petani, rata-rata petani hanya menyimpan 7,5 kilogram beras per rumah rangga per bulan.

Baca Juga :  Jokowi Disebut Cawe-cawe Soal Kabinet Prabowo, Habiburokhman: Saya Saja Boleh Usulkan Nama?

Oleh karena itu, Suhariyanto menegaskan pentingnya pemerintah mengelola surplus produksi beras tersebut. Cadangan beras, tutur dia, menjadi penting. “Tapi saya pikir tahun ini aman lah, cadangan di Bulog kan bagus, berbeda dengan tahun lalu yang di bawah satu juta ton.”

Walaupun hingga akhir tahun ini kelebihan produksi beras diprediksi tidak begitu melimpah, Suhariyanto mengatakan kinerja Kementerian Pertanian tetap perlu diapresiasi lantaran berhasil mendulang surplus. “Akan lebih bagus kalau surplusnya lebih banyak akan lebih bagus lagi,” kata dia. “Sekarang kuncinya meningkatkan produksi adalah meningkatkan produktivitas.”

Sebelumnya, Kementerian Pertanian memastikan kebutuhan beras domestik dapat dipenuhi oleh produksi pangan dalam negeri. Meskipun, menurut Sekretaris Jendral Kementan Syukur Iwantoro, dalam empat tahun terakhir terjadi peningkatan populasi sebesar 12,8 juta jiwa mencapai populasi 265 juta jiwa pada 2018. Artinya, dibanding sebelumnya, ada kenaikan kebutuhan beras sekitar 1,7 juta ton.

“Ternyata dengan peningkatan jumlah penduduk itu tidak ada gejolak harga. Artinya peningkatan 1,7 juta ton itu masih terpenuhi oleh pangan yang ada di dalam negeri,” ujar Syukur di Kantornya..

Baca Juga :  Hanya PDIP dan PKS yang Diprediksi Menjadi Oposisi bagi Prabowo-Gibran

Syukur menegaskan angka surplus 2,8 juta ton itu adalah produksi dalam negeri. Mengenai keperluan impor beras dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik, menurut dia, akan dibahas di rapat koordinasi terbatas. “Kalau masalah itu (impor) dibahasnya di tingkat rakortas. Itu bukan keputusan sepihak dari Kementan.”

Dalam rilisnya, BPS mencatat luas panen tahun 2018 diperkirakan mencapai 10,9 juta hektare. Adapun, berdasarkan perhitungan luas panen diperkirakan produksi gabah kering giling atau GKG mencapai 49,65 juta ton sampai September 2018.

Sedangkan, potensi produksi sampai Desember 2018 diperkirakan sebesar 56,54 juta ton gabah atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Karena itu, dengan angka konsumsi beras mencapai 29,57 juta ton per tahun, maka diketahui surplus beras diperkirakan mencapai 2,85 juta ton.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com