JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Hadapi Musim Hujan, Masyarakat Kota Jogja Diminta Jadi Satpam Sungai

   
Tribunnews

JOGJA – Masyarakat di sepanjang tepian sungai yang ada di wilayah Kota Yogyakarta diminta untuk menjadi Satpam sungai. Yakni menyelamatkan sungai agar tidak terjadi pencemaran maupun banjir.

Hal iti ditegaskan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi, terutama menghadapi musim penghujan ini.

Hari mengatakan yang mengetahui kondisi sungai secara keseluruhan adalah masyarakat yang tinggal di tepi sungai.

Menurutnya ketika masyarakat lebih peduli terhadap tanda-tanda, kejadian yang tidak diinginkan bisa diantisipasi.

“Pengennya itu warga yang tinggal di tepi sungai jadi satpam sungai. Jadi warga tepi sungai itu sendiri yang menjaga dan mencermati setiap perubahan yang terjadi di sungai. Ibarat rumah sendiri, yang tahu paku lepas kan tuan rumahnya. Sama halnya dengan di sungai,” katanya pada Tribunjogja.com, Minggu (4/11/2018).

Baca Juga :  Seminggu, Jalan Tol Yogya-Solo Dilalui 58.000 Mobil

Ia mengungkapkan, banjir merupakan peristiwa yang terjadi hampir setiap tahun.
Meski tidak menimbulkan banyak korban, namun keewaspadaan masyarakat juga diperlukan.

“Kalau gempa itu kan peristiwa yang lama sekali, belum terjadi yang besar seperti dulu. Tetapi kalau banjir itu hampir setiap tahun. Meskipun tidak memakan banyak korban, beberapa rumah yang melanggar sepadan sungai itu yang jadi korban.” ungkapnya.

“Sungai di Yogyakarta itu dalam, jadinya ya kalau banjir tidak akan seperti Jakarta. Nah tetapi kan nanya tepi sungai kan ada tebingnya, ya mungkin saja bisa terjadi longsor,” sambungnya.

Oleh sebab itu, pihaknya kini fokus pada Kampung Tangguh Bencana (KTB), khususnya yang berada di pinggir sungai.

Baca Juga :  Hendak Tawuran dengan Sajam dan Bom Molotov, Lima Remaja Asal Bantul Diamankan Polisi

Melalui KTB tersebut, masyarakat bisa saling berkomunikasi terkait masalah yang terjadi di pinggir sungai.

Dari sekitar 250 kampung di Kota Yogyakarta, 100 diantaranya merupakan KTB.

Meskipun belum semua KTB bisa didampingi, Hari mengatakan hanya kurang sekitar 20 persen saja.

“KTB itu kan bisa jadi forum komunikasi, masalah apa saja bisa didiskusikan. Misalnya saja masyrakat menjumpai warga membuang sampah di sungai, nah itu kan hukumannya bisa ditentukan sendiri oleh warga. Kita memang fokus yang di sungai, kita akan terus lakukan edukasi,” ujarnya.

Ia pun meminta masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, meskipun hanya sampah kecil seperti puntung rokok dan bungkus permen.

Menurutnya hal kecil seperti itulah yang bisa menyebabkan bencana. #tribunnews

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com