Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Dalam Soal Nikah Dini, Posisi Gunungkidul Paling Tinggi se-DIY

Ilustrasi//tribunnews

GUNUNGKIDUL – Posisi Kabupaten Gunungkidul dalam hal pernikahan dini sampai sekarang  belum bergeser. Yakni, menduduki peringkat pertama di Provinsi DIY.

Posisi tersebut tidak berubah meski sebenarnya terjadi penurunan dalam hal jumlah. Karena itu,  Pemkab Gunungkidul terus berusaha untuk menurunkan angka pernikahan usia dini dengan program gendong tas dahulu baru gendong anak.

“Untuk mengatasinya kami sosialisasi gendong tas dulu baru gendong anak kemudian di semua kecamatan di Gunungkidul, awalnya kami ditertawakan karena ada program tersebut,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (P3AKBPD) Kabupaten Gunungkidul, Sudjoko, Rabu (12/12/2018).

Menurutnya program tersebut adalah ajakan agar anak dapat lulus sekolah terlebih dahulu, lebih baik jika anak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi

Sudjoko mengatakan tahun ke tahun angka pernikahan dini menurun di Kabupaten Gunungkidul, tahun lalu ada 63 pernikahan dini sedangkan pada tahun ini kurang lebih ada 50.

“Angka pernikahan dini di Kabupaten Gunungkidul sempat menduduki peringkat pertama di DIY,” imbuhnya.

Akan tetapi, diakui Sudjoko bahwa meski ada penurunan, tidak membuat Kabupaten Gunungkidul bergeser dari peringkat atas untuk kasus pernikahan dini se-DIY.

Disinggung mengenai faktor pemicu pernikahan dini ia mengatakan tidak hanya hamil di luar nikah saja tetapi faktor ekonomi juga berperan banyak pada pernikahan dini.

“Ketika keterbatasan ekonomi keluarga biasanya anak dinikahkan, mengatasi pernikahan anak usia dini lebih efektif dimulai dari keluarga,” imbuhnya.

Sementara itu Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rifka Annisa, Suhartini mengatakan pernikahan dini bukanlah solusi untuk memperbaiki ekonomi keluarga.

“Pernikahan dini malah menjadi pemicu masalah yang lebih besar kedepannya, sebagai contoh kalau sampai hamil anak rentan kekurangan gizi, stunting, karena sang ibu berusia sangat muda,” katanya.

Selain faktor kesehatan menurutnya pernikahan usia dini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual.

“Nikah pada usia dini dari segi psikologi belum matang, ditambah lagi belum tentu mendapatkan pekerjaan yang dapat menghidupi keluarga dapat memicu terjadinya kekerasan,” tuturnya. #tribunnews

Exit mobile version