Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kedatangan Investor di Wonogiri Belum Mampu Ubah Budaya Boro

Presiden Jokowi melihat proses produksi di sebuah pabrik garment di Wonogiri.

WONOGIRI–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri sudah berupaya terus menekan laju urbanisasi oleh kaum boro (perantau), melalui masuknya sejumlah perusahaan besar.

Hanya saja upaya tersebut belum bisa membuahkan hasil maksimal. Masih banyak warga yang memilih merantau daripada bekerja di Wonogiri.

Penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , sejumlah perusahaan besar sudah berdiri di Wonogiri. Puluhan ribu tenaga kerja dibutuhkan di perusahaan itu. Namun naga-naganya hal itu belum mampu menarik minat warga melamar. Bahkan sering terjadi pekerja yang keluar saat baru bekerja beberapa bulan di sebuah perusahaan. Mereka kemudian lebih memilih merantau.

Sebagian besar dari mereka yang keluar itu, memilih pergi merantau atau boro ke luar Wonogiri. Padahal, berdasarkan hitung-hitungan, penghasilan pekerja dengan UMK di Wonogiri saat ini ditambah dengan lemburan, sebenarnya tidak kalah dengan penghasilan buruh di Jakarta.

Dari perhitungan berdasarkan hasil survei para pekerja di sejumlah perusahaan garment, dalam satu bulan mereka mampu mengantongi lebih dari Rp 1,8 juta. Sedangkan di Jakarta mereka digaji dua kali lipatnya, tapi mereka harus menanggung biaya hidup yang tinggi juga.

“Namun di Wonogiri semua masih murah, jadi dengan penghasilan Rp 1,8 juta, saya yakin mereka tidak kalah dengan buruh yang ada di Jakarta,” kata salah satu pekerja pabrik di Wonogiri, Isna, Rabu (19/12/20180.

Dia menyebut, masih ada pandangan masyarakat Wonogiri yang masih terbayang di Jakarta-lah tempat perputaran uang. Berdasarkan pandangan itu, masih banyak masyarakat berbondong-bondong menuju Ibukota tersebut.

Dia pun menepis pandangan itu, menurut dia di Wonogiri pun juga terjadi perputaran yang cukup tinggi.Yang terpenting para pekerja ini mampu berpikir cerdas dan meningkatkan etos kerja mereka.

Salah seorang perantau, Niken Fatmawati mengaku, lebih tertarik bekerja di luar Wonogiri. Alasannya, lebih mudah mendapatkan uang dibanding Wonogiri. Dia menganggap tempat kelahirannya itu belum bisa dijadikan andalan untuk mencari penghasilan.

Kendati saat ini sudah ada beberapa perusahaan besar berdiri, dia mengatakan tidak tertarik bekerja di tempat itu. Aris Arianto

Exit mobile version