Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pentas Organ Tunggal dan Sepakbola Ternyata Jadi Faktor Tertinggi Pemicu Konflik Sosial Masyarakat di Jateng 

Ilustrasi pentas organ tunggal di Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN- Pentas hiburan organ tunggal dinilai paling tinggi berpotensi memicu konflik sosial. Selain itu, olahraga sepakbola juga bisa menjadi salah satu pemicu potensi konflik dan bencana sosial di masyarakat.

Hal itu disampaikan Staff Seksi Korban Bencana Sosial Dinas Sosial Pemprov Jateng, Wibowo, saat menghadiri serasehan keserasian sosial di Desa Tunggul, Gondang, Kamis (20/12/2018). Ia mengatakan dari hasil pemetaan kerawanan konflik sosial di wilayah Jateng, ada beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya konflik sosial. Diantaranya karena hiburan organ tunggal, campursari maupun laga sepakbola.

“Tapi pemicu paling banyak terjadi ketika ada hiburan organ tunggal. Kadang sering terjadi konflik. Kalau sepkabola nggak begitu (tinggi),” paparnya.

Potensi kerawanan konflik sosial itu kebanyakan terdeteksi di daerah dan pedesaan. Untuk wilayah Jateng, Dinsos sudah memiliki peta kerawanan daerah dengan potensi konflik sosial masing-masing.

Peta itu tergambar setelah dilakukan pemetaan dan survei dengan melibatkan tim ahli dari Undip dan UNNES Semarang dua tahun silam.

“Salah satu upaya untuk mencegah potensi kerawanan konflik itu, dari Kemensos membuat program keserasian sosial. Daerah yang ditunjuk, diberi anggaran untuk membuat proyek fisik yang dibutuhkan lalu ada serasehan tematik. Tujuannya agar yang rawan konflik itu bisa bersatu lagi,” terangnya.

Wibowo menambahkan tahun 2018 ini di Jateng ada 9 kabupaten dan kota yang mendapat program KS dari Kemensos. Termasuk Desa Tunggul, Gondang, Sragen.

Jumlah itu mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 3 daerah saja yang diberi.

“Mudah-mudahan tahun depan lebih banyak lagi daerah yang dapat,” pungkasnya. Wardoyo

 

Exit mobile version