![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2019/01/Prestasi-rsud.jpg?resize=496%2C400&ssl=1)
WONOGIRI-Di balik kisah bayi laki-laki lucu bernama Soleh, terdapat sisi lain terkait prestasi RSUD Dokter Soediran Mangun Sumarso (RSUD SMS) Wonogiri.
Keberhasilan RSUD merawat bayi prematur itu merupakan sebuah prestasi tersendiri. Pasalnya berhasil menjadikan bayi yang awalnya lahir hanya memiliki berat 750 gram menjadi 2,6 kilogram.
“Terus terang ini merupakan prestasi bagi kami. Selain berhasil menambah berat badan, kondisi bayi juga segar sehat dan tidak ada indikasi penyakit,” ungkap Direktur RSUD SMS Wonogiri, Setyorini, Selasa (29/1/2019).
Dia mengatakan, Soleh sudah diambil neneknya di Purworejo, Jateng. Namun demikian dia mewanti-wanti agar Soleh tetap didampingi dan dipantau oleh dinas terkait.
“Kami sudah berpesan kepada Dinas Sosial Purworejo, agar mengawasi Soleh minimal hingga usia 2 tahun,” terang dia.
Asupan susu Soleh mesti diperhatikan terus. Bidan desa terkait atau puskesmas secara rutin mesti melakukan kunjungan ke kediaman Soleh.
“Kalau bisa kami diberi report perkembangannya,” pinta dia.
Sebagaimana diwartakan, kendati baru berusia sekitar 114 hari, sudah banyak kisah yang harus dialami Soleh. Mulai dari lahir hanya dengan berat 750 gram, hingga harus ditinggalkan ibunya. Hingga kini ibu kandungnya tersebut belum diketahui keberadaannya.
Orangtua Soleh berinisial Ny. JM, mengaku warga Wonosari Ngombol, Purworejo, Jateng. Soleh datang ke RSUD pada 6 Oktober 2018. Kondisinya disebut BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah). Berat badannya hanya 750 gram. Selain itu mengalami aspeksi berat yakni tidak segera menangis. Soleh selanjutnya dirawat di bangsal Asoka dengan terapi NICU PICU oleh dokter spesialis.
“Bayi masuk pukul 04.15 WIB, sebelumnya lahir di Rumah Bersalin Nur Anisa Pokoh Wonoboyo Wonogiri, pukul 02. 45 WIB. Datang diantar petugas rumah bersalin dan seorang warga Wonogiri yang mengaku sebagai yang bertanggungjawab terhadap bayi,” kata dia sembari menyebutkan biaya perawatan selama di rumah sakit berkisar lebih dari Rp 100 juta. Aris Arianto