JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Disebut Rawan Tsunami, Menhub Tegaskan Bandara Kulonprogo Sudah Melalui Prosedur Mitigasi Bencana

Ilustrasi
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi memastikan, pembangunan Bandara internasional di Kulonprogo telah melalui langkah mitigasi bencana dengan melibatkan konsultan dari berbagai perguruan tinggi, lembaga terkait dan konsultan dari Jepang.

Hal itu diungkapkan oleh Budi Karya saat mendapat cecaran dari anggota DPRRI yang menyorot Bandara Kulonprogo rawan tsunami dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Senin (18/3/2019).

Sebelumnya, anggota Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, mengatakan, pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport atau Bandara Kulonprogo rawan tsunami.

“Saya sudah ke Kulonprogo dan konsultasi dengan konsultan Jepang. Hasilnya, tanah di bandara (Bandara Kulon Progo) itu tanah likuifaksi,” ujar Bambang.

Bambang mengklaim, dalam konsultasi itu, ia menemukan bahwa daerah yang kini didirikan bandara tersebut berpotensi tsunami. Menurut dia, jarak antara gedung terminal bandara dan laut hanya 400 meter.

Karena itu, bila terjadi gempa bumi dengan kekuatan di atas 8 magnitudo yang berimbas air bah, air limpasan tsunami dari laut dikhawatirkan akan menyapu kawasan bandara.

Baca Juga :  Pengamat: Manuver NasDem Fokus untuk Selamatkan Partai, PKB tinggal Tunggu Waktu

Dalam perbincangan Bambang dengan konsultan Jepang yang tidak disebutkan namanya, ia mengatakan ketinggian air diprediksi dapat menyapu bandara hingga ketinggian 12 meter.

Sementara terkait dengan daerah berpotensi likuifaksi tersebut, Budi Karya mengatakan tak pernah mendengar adanya studi yang menyatakan kondisi demikian.

“Kami belum mendengar potensi likuifaksi. Kalau berkaitan dengan gempa, kami sudah lakukan mitigasi,” ujarnya dalam  gelaran rapat.

Penjelasan Budi Karya diperkuat oleh pemaparan yang disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti. Polana menjelaskan, selama proses pembangunan bandara, pihaknya telah berkonsultasi dengan sejumlah konsultan dan akademikus dari berbagai universitas terkait potensi bencana.

Polana mengabsen, para pakar yang memberi masukan terkait kebencanaan itu di antaranya merupakan akademikus Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Institut Teknologi Bandung.

Selain itu, Kementerian Perhubungan telah menggelar focus group discussion dan kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta para pakar dari Jepang.

Baca Juga :  Usul Bansos Disetop Jelang Pilkada, KPK Diprotes Menko PMK

“Di dalam hasil studi tersebut, dengan salah satu profesor di Jepang, hasilnya kesepakatan berdasarkan konsensus para ahli menyatakan gempa maksimum yang dijadikan parameter desain adalah 8,5 magnitudo,” ujarnya.

Bila gempa dengan skala maksimal terjadi, kontraktor telah mendesain bangunan yang aman dari gempa dan tsunami.

Bangunan tersebut berada di lantai dua dan tiga bandara yang disebut sebagai spot evakuasi. Lantai atas terminal bandara yang berada di ketinggian 21 misi level diperkirakan aman dari terjangan tsunami. Bahkan, gedung itu akan siap menampung masyarakat bila sewaktu-waktu terjadi bencana.

Terpisah dengan terminal bandara, Polana mengatakan pihaknya telah membangun gedung crisis center. Ke depan, pihaknya merencanakan adanya pembangunan tsunami protection di lingkungan luar Bandara Kulon Progo.

“Salah satunya dengan membangun gundukan pasir, yang dilengkapi dengan vegetasi dan kanal-kanal,” katanya.

Namun, pembangunan itu menunggu hasil kesepakatan negosiasi lahan antara PT Angkasa Pura II, pemerintah kota, dan Pakualam.

“Karena tanahnya tanah Pakualam,” ucapnya.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com