SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Musibah longsor yang menerjang Perumahan Griya Saradan Asri di Desa Saradan, Karangmalang pada Jumat (8/3/2019) dinihari, menyisakan cerita pilu bagi sejumlah keluarga penghuni yang rumahnya jadi korban.
Ada satu rumah yang hancur dan hanyut ke sungai di sebelah Perum KPR bersubsidi yang sebenarnya baru seumur jagung dibangun itu.
Salah satu pemilik rumah malang itu adalah Kristiani Wijayasari (36). Ibu dua anak itu nyaris kehilangan nyawa akibat insiden ambrolnya plafon rumahnya.
Insiden itu terjadi pada siang hari sekira pukul 12.30 WIB, sebelum longsor terjadi.
“Siang tadi pas makan siang, tiba-tiba plafon atap itu ambrol dan kena tangan dan bahu. Untungnya saya masih bisa selamat. Hanya memar saja. Kalau anak-anak semua selamat,” paparnya ditemui sesaat sebelum mengungsi Sabtu (9/3/2019).
Tak cukup sampai di situ, Kristiani juga harus menerima kenyataan rumah bersubsidi yang dihuninya ternyata melanjutkan teror keamanan. Dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, saat anak-anak dan suaminya terlelap, rumah kembali bergeretak dan kemudian satu persatu bagian ambrol.
Namun, kali ini kesamatan masih menaungi keluarga kecilnya. Seketika terdengar suara tembok yang gemeretak, ia langsung berlari menyelamatkan dua anaknya untuk bangun dan lari keluar rumah.
Suaminya kemudian bergegas menyelamatkan mobil di garasi. Sedetik keluarga itu berhasil menuju keluar, rumah langsung ambrol.
“Kanopi goyang-goyang dan beberapa bagian retakannya makin lebar. Begitu keluar langsung brek dari dalam rumah,” tuturnya.
Setelah berhasil menyelamatkan keluarga dan kendaraan, malam itu mereka semua terpaksa mengungsi ke rumah mertua. Sampai sehari kejadian, Kristiani mengaku masih trauma berat.
Alasan itulah yang membuatnya sementara memilih mengosongkan rumah dan kembali berkumpul ke mertua.
“Karena hubungannya nyawa je Mas. Kami juga nggak mau lagi tinggal di sini. Karena rumah sudah begitu (jebol),” terangnya.
Ia juga menyayangkan kondisi perumahan yang sudah ambrol dan jebol. Padahal rumah terbilang belum lama dibangun dan baru setahun tanggal 10 Maret 2019 ini.
“Mungkin akan kami kosongkan sambil menunggu perkembangan tanggungjawab dari pengembang. Sampai hari ini tadi belum ada reaksi dari pengembang. Kami mintanya ada tanggungjawab,” tandasnya.
Penghuni lain di blok A no 1, Lala (42) menuturkan di kompleks Perum itu ada 18 unit rumah. Rumah memang baru setahun dibangun.
Menurutnya kondisi perumahan memang bertipikal tanah gerak. Sehingga jika hujan deras, memang membahayakan bagi keselamatan.
“Ini tanahnya gerak, kalau hujan deras jadinya terkikis. Kalau hujan lagi, kemungkinan makin banyak yang ambrol,” tandasnya. Wardoyo