Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pengamat Bahasa Tubuh Bilang, Jokowi Mirip Ayah Zaman Now, Prabowo Ayah Zaman Old

jokowi dan prabowo

tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bahasa tubuh kedua capres saat debat Capres keempat di hotel Shangrila, Jakarta, Sabtu (30/3/2019), menunjukkan perbedaan yang mencolok antara Jokowi dan Prabowo.

Pakar bahasa tubuh, Monica Kumalasari mengatakan, calon presiden Jokowi dan Prabowo Subianto memberikan gaya masing-masing dalam mencirikan sosoknya.

Hal itu dapat dilihat dari gaya berpakaian serta gaya berbicara kedua belah pihak. Monica menganalogikan Prabowo dan Jokowi sebagai sosok bapak dalam keluarga dari sisi gaya bicara dan pakaian.

“Pak Prabowo rate speech-nya tegas jadi karena bahasa yang digunakan seperti itu. Frasa yang digunakan adalah ‘Jika Prabowo-Sandi berkuasa’. Itu memang pola fatherhood-nya adalah ayah sebagai penguasa atau kepala keluarga,” ujar Monica.

Tampilan itu terlihat dari setelan jas klasik yang dikenakan Prabowo seperti tampilan seorang atasan.

“Sementara Pak Jokowi, sesuai dengan kata-kata yang sering beliau keluarkan, orientasinya pada kerja. Pakaiannya pun lebih kasual seperti orang kantor. Bahkan, beliau juga pakai sepatu santai banget. Terlihat dari gestur setiap beliau memulai itu juga menyingsingkan lengan baju” kata Monica.

Monica melihat sudah ada saling lempar pujian antara kedua capres sejak debat kedua. Namun, Prabowo beberapa kali menambahkan kata “tapi” dan ini menandakan pengakuan bersyarat.

Cara memimpin Jokowi, kata dia, persis seperti gaya orang tua masa kini, menjadi teman anak. Sementara cara Prabowo, mirip seperti orang tua zaman dulu untuk mendisiplinkan.

“Jokowi berkata ‘Mau berbicara korupsi yang dibenerin sistemnya’. Kalau Pak Prabowo, korupsi, koruptor pindahin. Ini lebih pada gayanya,” kata Monica.

Dia mengatakan gaya memimpin itu berhubungan dengan cara seseorang termotivasi.

“Memang caranya orang termotivasi ada dua. Ada anak sudah dibilang belajar yang baik, nanti boleh main ponsel, tapi anak enggak bergerak. Sementara ada yang begini, kamu belajar yang baik kalau enggak ibu akan kirim kamu ke tempat nenek di kampung. Anak itu bergerak,” kata Monica.

Terkait kalimat motivasi yang lebih baik, Monica mengatakan penerimaan motivasi itu tergantung masing-masing orang.

“Itu tergantung cara orang termotivasi karena ada di alam bawah sadar. Ada orang yang termotivasi dengan kata ‘Indonesia akan hancur’. Tetapi, ada juga yang termotivasi ‘Indonesia akan maju, akan begini…’,” kata dia.

Exit mobile version