Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Cak Nun Bilang, Elit Politik Perlu Belajar Prinsip Tempe Bosok, Ini Maksudnya

teras.id

BANTUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Apapun hasil dari keputusan  KPU terkait Pilpres, diyakini tak akan membuat rakyat chaos atau bentrok.

Kalau disebut terjadi cahos, itu hanyalah rakyat kalangan menengah ke atas, terutama para elit yang haus akan kekuasaan.

Pernyataan itu dilontarkan oleh budayawan Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun. Ia mengatakan itu, menanggapi kekhawatiran adanya chaos di tingkat bawah terkait ketidakpuasan salah satu pihak terhadap keputusan KPU.

Cak Nun yang baru selesai menggelar syafaat macapat di 15 daerah menilai tak ada kekecewaan berlebih tentang siapapun yang menjadi presiden untuk memicu terjadinya people power.

“Setidaknya dari 15 daerah mulai Lumajang, Bangkalan, Surabaya, Semarang, Solo, Cilacap, Kudus, Jepara hingga Temanggung tidak ada masalah. Kita sebagai rakyat, kita jamin tidak bentrok,” ungkap Cak Nun saat berbincang di Rumah Maiyah Kadipiro, Kamis (25/4/2019).

Cak Nun mengungkap saat ini rakyat tidak sedang bingung lantaran adanya saling klaim dari dua calon yang merasa menang berdasar survei masing-masing.

Ia hanya menilai para elitlah yang sebenarnya bermasalah dan berupaya membentuk opini publik seakan-akan terjadi hal yang tak diinginkan apabila salah satu kalah.

“Presiden ra cocok karo pilihane kui ra masalah (presiden tidak cocok dengan pilihannya itu tidak masalah). Rakyat kita itu top lah, tak masalah, dikongkon sengsoro we gelem (disuruh sengsara saja mau). Nah mudah-mudahan Pancasila dilakukan, dicamkan betul oleh elit yang ada di atas,” sambungnya.

Dalam bincang santai tersebut, Cak Nun turut menyampaikan permintaan agar elit politik dan masyarakat kalangan menengah ke atas belajar tentang prinsip ‘tempe bosok’ yang menurut dia menjadi filosofi sehari-hari rakyat.

Menurutnya jika kita hanya mampu makan dengan lauk ‘tempe bosok’, demikian halnya dengan kehidupan bahwa masyarakat harus menerima apapun yang telah diberikan oleh-Nya.

“Kalau rakyat itu kepingin sop buntut anane ming (adanya hanya) tempe bosok ya dipangan (dimakan), ditampa (diterima) dengan legawa. Dinikmati tidak ada masalah. Yang tak legawa itu bukan rakyat tapi para penyembah nafsu kekuasaan di atas,” ungkap Cak Nun lagi.

Cak Nun pun kembali mengingatkan bawa di ranah bawah, masyarakat tidak akan melakukan tindakan tak diinginkan seperti chaos yang dikhawatirkan beberapa pihak belakangan.

Namun Cak Nun tetap meminta seluruh elemen masyarakat dan elit politik untuk menjalankan makna Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Mau 01 mau 02 tujuannya mengabdi untuk rakyat Indonesia jadi ya diterima saja apapun yang terjadi nanti. Monggo saja deklarasi atau sujud syukur. Masyarakat ya ora papa (tidak apa-apa). Tidak ada masalah yang serius, kalau ada chaos itu hanya di rakyat menengah ke atas itupun tidaklah kalau bentrok fisik,” lanjut pemimpin Kiyai Kanjeng ini.

Kontestasi pemilu 2019 yang ditanggapi berbagai macam oleh banyak pihak juga menurut Cak Nun memiliki pedoman negara dalam bentuk undang-undang yang bisa dirujuk di kemudian hari.

Wis ana (sudah ada) wasite ya KPU, pengawase ya ana (juga ada) Bawaslu, isih (masih) diawasi MK, kabeh wis ana tatanane (semua sudah ada tatanannya),” pungkasnya.

Exit mobile version