JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

824 Warga Pacitan Terkena Hepatitis A, Dinkes Jatim Imbau Warga  Tak Makan Makanan Mentah

Petugas Dinas Kesehatan memeriksa pasien Hepatitis A yang dirawat di Puskesmas Sukorejo, Pacitan. Istimewa/Kadinkes Pacitan
   
Petugas Dinas Kesehatan memeriksa pasien Hepatitis A yang dirawat di Puskesmas Sukorejo, Pacitan. Istimewa/Kadinkes Pacitan

PACITAN, JOGLOSEMARNEWS.COM — Di kabupaten Pacitan, Jawa Timur telah terjadi  Kejadian Luar Biasa (KLB) penderita Hepatitis A dan  menjadi perhatian banyak pihak. Untuk menangani KLB tersebut Pemkab Pacitan bersama Dinkes Jawa Timur telah melakukan upaya pencegahan dan penanganan.

Salah satu upaya mengurangi penyebaran penyakit dilakukan dengan menghimbau penderita Hepatitis A yang memasuki masa pemulihan untuk istirahat total selama sebulan.

Kabid pencegahan dan pengendalian penyakit Dinkes Jatim, dr Setya Budiono mengungkapkan bagi masyarakat yang sudah sakit, dimohon berobat ke puskesmas terdekat atau dokter.

“Setelah gejala kuning hilang, harus istirahat total sebulan dan jangan bepergian meskipun tidak rawat inap,”lanjutnya ketika dikonfirmasi SURYA.co.id ,  Jumat (28/6/2019).

Selain itu, penerapan pola hidup bersih juga harus dilakukan seperti yang sehat.

Mulai dengan mencuci tangan saat sebelum dan sesudah buang air besar dan kecil, sebelum dan sesudah memasak dan makan.

Serta bagi yang sehat sebelum dan sesudah merawat pasien dengan hepatitis A juga harus mencuci tangan.

“Kemudian makan makanan sehat dan matang, air juga harus dimasak lebih dahulu selama KLB mohon tidak mengkonsumsi makanan mentah,”urainya.

Baca Juga :  Sulitnya Pertemuan Jokowi-Megawati, Politikus PDIP: Kesalahan Jokowi Jauh Lebih Banyak Ketimbang SBY

Kalaupun terpaksa,lanjutnya, makanan mentah harus dicuci dengan baik. Misal buah Jambu karena tidak mungkin direbus, maka dicuci dengan sabun buah.

“Kami sudah melakukan penyelidikan epidemologi untuk mengetahui pola sebaran dan mekanisme penularannya yang terjadi. Sehingga bisa memutus rantai penyebaran dan tidak menyebar lebih luas,”jelasnya.

Saat ini,dikatakannya, Pemkab Pacitan sudah menggerakkan seluruh fasilitas kesehatan untuk mendukung layanan tata laksana pengobatan.

Di puskesmas, petugas kesling sudah melakukan kaporitsasi, kemudian meningkatkan kemampuan masyarakat sekaligus mengajak masyarakat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Perilaku ini menjadi pengobatan efektif untuk KLB,”urainya.

Sebanyak 824 warga Kabupaten Pacitan menderita hepatitis A.

Pasien yang menderita hepatitis A tersebar di delapan kecamatan atau Puskesmas di Kabupaten Pacitan.

Hepatitis A di Kabupaten Pacitan ini ditemukan pertama kali pada 14 Juni 2019.

Karena banyaknya pasien, Bupati Pacitan Indartato menyatakan KLB pada 25 Juni 2019 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, dr Eko Budiono, saat dihubungi, Kamis (27/6/2019) malam, mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah tindakan agar jumlah pasien tidak bertambah.

“Ada tiga langkah utama yang kami lakukan. Saya singkat Taspen,” kata Eko.

Baca Juga :  Mirip-mirip Gibran, Rencana Pencalonan Bobby di Pilgub Sumut Bisa Picu Ketegangan DPD Golkar Sumut dan DPP?

Dia menuturkan, yang pertama, tata laksana kasus secara intensif.

Eko menuturkan, bagi pasien yang menjalani rawat inap diberi infus, dan protein untuk mencegah diare.

“Dan yang paling penting adalah tirah baring (rebahan). Ekstremnya, tidak boleh turun dari tempat tidur. Infus untuk menguatakan, tapi kalau tidak lemas diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein,” katanya.

Langkah kedua yakni surveillance (pengawasan).

Petugas Dinas Kesehatan, melakukan pemantuaan kondisi wilayah, waktu, tempat dan orang, yang ditemukan gejala hepatitis A.

“Setiap hari ada petugas dari Dinas Kesehatan melalui sistem kewaspadaan dini dan respons berbasis Puskesmas. Jadi petugas-petugas itu memantau terus, pemantauan wilayah setempat,” katanya.

Kemudian, lanjut Eko, langkah yang ketiga pengendalian faktor risiko.

Dia mengatakan, risiko utama dari hepatitis A ini adalah berasal dari makanan dan minuman yang masuk ke mulut.

“Risikonya, dari makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri, makanya dikendalikan. Kami ajak masyarakat untuk cuci tangan sebelum menjamah makan dan minuman, terutama setelah buang air kecil atau buang air besar,” kata Eko.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com