JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Kesehatan

Bertanya “Kapan Nikah” Saat Silaturahmi Lebaran Ternyata Bisa Berefek Seperti Ini

Ilustrasi. pexels
   
Ilustrasi. pexels

JOGLOSEMARNEWS.COM – Hari raya Idul Fitri telah berlalu, namun suasananya masih sangat terasa. Sanak saudara, tetangga saling berkunjung dan bertemu dan saling bermaaf-maafan. Disambung dengan berbagai acara seperti halal bi halal, reuni dan lain sebagainya.

Beberapa yang sering ditanyakan adalah ‘Kapan nikah?’ dan ‘Sudah punya anak belum?’

Indri Putri Waskithasari, M.Psi., psikolog dari Rumah Sakit Husada Utama mengatakan, pertanyaan tersebut sebenarnya akan berdampak macam-macam bagi setiap orang.

“Tentu efeknya akan beda, tergantung karakter orangnya. Untuk orang-orang yang sangat yakin sama jalan hidupnya, mungkin tidak akan jadi pikiran,” ujar Indri.

Tapi, lanjutnya, mengingat budaya di mana kita sangat percaya pada penilaian dan pengakuan orang lain, sebagian besar orang akan merasa terpengaruh.

Baca Juga :  Meski Bermanfaat untuk Tubuh Tapi Konsumsi Garam Ada Batasannya

“Pengaruh paling kecil mungkin ada rasa terganggu dan yang paling besar mungkin sampai terasa gagal menjalani hidup karena tidak bisa mencapai apa yg sebagian besar orang capai. Antara lain menikah, punya rumah, punya anak, dan lainnya dengan urutan yg normatif,” jelas Indri.

Untuk itu, ia menyarankan, pertanyaan-pertanyaan senada dengan itu, sebaiknya tidak perlu ditanyakan.

Dalam Idul Fitri, pertanyaan netral seperti kabar, mengapresiasi kehadirannya di momen berkumpul keluarga, ajakan mencicipi makanan dan pertanyaan mengenai menu yang disukai akan lebih mengakrabkan suasana.

“Meski terdengar remeh temeh, tapi pertanyaan seperti itu lebih netral dan tidak menyinggung perasaan,” tukasnya Indri.

Berbeda lagi dengan pertanyaan yang kerap didapat orang tua mengenai tumbuh kembang anak.

Pertanyaan berbunyi ‘sudah enam bulan anaknya belum bisa jalan ya? Anak saya sudah umur segitu sudah bisa jalan’, atau ‘anaknya nakal banget’ ternyata termasuk kategori Kids Shaming.

Baca Juga :  Madu Baik Dikonsumsi Saat Sahur, Bermanfaat Sebagai Pengikat Energi Selama Puasa

Hal itu pun diterangkan oleh Indri Putri Waskithasari.

Ia menerangkan, kids shaming tidak hanya akan berdampak pada si anak, tetapi juga pada orangtuanya.

“Orangtua akan lebih merasa tertekan karena seolah-olah ada tuntutan sosial untuk anak-anak harus sudah bisa berperilaku tertentu,”

Namun pada anak-anak, imbuhnya, dampaknya tidak akan langsung terlihat. Tetapi, sebenarnya anak-anak peka menyerap informasi atau penilaian dari lingkungannya.

“Dari kids shaming itu, anak-anak bisa jadi kehilangan rasa percaya diri dan membandingkan diri mereka dengan temen atau saudaranya,”

Lanjutnya, anak-anak yang kehilangan rasa percaya diri akan kesulitan menunjukkan potensi mereka. Padahal potensi mereka bisa saja lebih besar.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com