Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Fenomena Hujan Debu di Jalur Gabugan-Tanon. Warga Cemaskan Kesehatan, Usaha Warung Makan Berguguran Gara-gara Tak Laku 

Kendaraan melintasi jalur Gabugan-Tanon dengan pemandangan debu beterbangan akibat kondisi jalan yang rusak, berlubang dan memicu debu, Senin (24/6/2019). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Kondisi jalan raya Gabugan-Tanon di Kecamatan Tanon, Sragen menuai keprihatinan. Pasalnya hampir empat tahun berjalan, kondisi jalur utama penghubung antar kecamatan itu rusak parah.

Selain dihiasi banyak lubang, tebaran debu tebal yang beterbangan dari tanah urug di jalan, makin menyiksa warga dan pengendara.

Bahkan fenomena hujan debu yang terjadi hampir tiap hari di musim kemarau seperti ini, membuat sejumlah warga pemilik usaha dan warung makan di sepanjang jalur itu, memilih menutup usaha.

Pasalnya sejak jalan hancur dan berdebu, dagangan mereka tak lagi laku akibat banyaknya debu yang setiap hari menyelimuti rumah mereka.

Menurut keterangan warga, kondisi itu sudah berlangsung hampir empat tahun terakhir. Kerusakan jalan diperparah denga banyaknya mobil truk galian C yang setiap hari beraktivitas melintas di jalan Gabugan – Perempatan Tanon.

Menurut sejumlah warga, jalan awalnya bagus namum ketika musim penghujan mengalami kerusakan sehingga membuat jalan berlubang. Karena tak kunjung ada perbaikan, kemudian pihak galian C menambal dengan tanah urug.

Celakanya, tambalan itu justru ibarat memunculkan petaka baru. Jika musim kemarau, urugan memicu munculnya debu yang membeludak tiap ada kendaraan yang melintas.

Kerusakan paling parah dirasakan di sepanjang ruas wilayah Desa Kalikobok.

Ngatinah (55) warga Desa Kalikobok yang membuka warung mie ayam dan bakso mengaku penghasilan menurun akibat banyaknya debu yang berterbangan dan mengenai warung dagangannya.

”Iya Mas, beberapa hari yang lalu ada 2 orang yang mampir diwarung saya mau beli mie ayam. Akhirnya nggak jadi karena dia melihat meja tempat makan ini ada debunya, dan orangnya bilang tidak jadi terus langsung pergi begitu saja,” paparnya Senin (24/6/2019).

Selain itu, Ngatinah juga menyampaikan debu dikeluhkan dirinya dan warga yang lain sudah ada 3 bulan. Bahkan dirinya setiap hari harus melakukan penyiraman jalan depan warung mie ayam sebanyak 5x dalam sehari.

”Ya setiap hari mas saya siram dengan air, biar debunya tidak parah masuk ke warung saya. Nggak tahu sampai kapan debu ini. Kalau kaya gini terus dagangan saya tidak laku dan saya bisa rugi besar,” keluhnya.

Hal senada dikeluhkan Bu Tomo (54) warga Sidorejo RT 12, Desa Kalikobok, Kecamatan Tanon. Dirinya mengaku setiap beberapa jam sekali harus membersihkan toko miliknya yang terkena debu.

Selain itu, ia juga mengeluhkan kesehatan dirinya dan warga yang lain setiap hari menghirup debu.

”Solusinya ya kami tiap hari ya nyirami jalan depan toko. Kerusakan jalan sudah beberpaa tahun tapi yang paling parah campur debu sudah ada hampir setengah tahun. Lama-lama juga males Mas, sampai sampai warung tetangga saya tutup gara- gara debu ini,” ujarnya.

Ia berharap agar dinas terkait bisa melakukan penindakan terkait masalah debu jalan tersebut. Pasalnya selain menganggu kesehatan, kondisi jalan rusak berdebu itu juga mematikan usaha kuliner banyak warga di sepanjang jalan di Desa Kalikobok.

“Ya kalau jualan makanan disini udah tidak bisa jualan lagi. Harapan saya segera dilakukan penanganan atau perbaikan jalan yang rusak ini biar nggak berlubang dan berdebu seperti ini,” harapnya.

Terpisah, Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Sragen, Albert Pramono Susanto mengaku akan segera melakukan pengecekan ke lokasi.

“Iya akan kita lakukan pengecekan di lokasi, untuk mengetahui kondisinya seperti apa. Nanti baru bisa dilihat dan dilakukan suatu tindakan,” katanya. Wardoyo

 

Exit mobile version