JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Semarang

Fenomena Embun Es Dieng, Wisatawan dan Pelaku Usaha Wisata Girang. Bagaimana dengan Petani?

Wisatawan Dieng berswafoto dengan latar tanaman kentang yang diselimuti es. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
   
Wisatawan Dieng berswafoto dengan latar tanaman kentang yang diselimuti es. TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI

BANJARNEGARA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam beberapa waktu terakhir dataran tinggi Dieng diserbu ribuan wisatawan yang penasaran dengan fenomena embun es.

Wisatawan dari berbagai daerah tersebut memenuhi komplek candi Arjuna Dieng yang kerap diselimuti es.

Para wisatawan tentu saja amat senang.

Maklum, pemandangan mirip salju di negeri empat musim itu mungkin baru pertama mereka jumpai.

Selain tawa dan teriakan kepuasan, mengabadikan momentum itu melalui kamera, baik selfie maupun wefie jadi hal wajib.

Dimana ada hamparan memutih, di situ menjadi spot foto yang menarik.

Mulai rerumputan lapangan, hingga hamparan tanaman kentang di sekitar candi jadi objek serbuan pengunjung.

Selain lapangan candi yang berupa hamparan rerumputan, tanaman kentang petani di sekitar candi pun terselimuti es.

Kedua objek itu sama-sama menciptakan pemandangan yang eksotis.

Rerumputan lapangan boleh diinjak karena tumbuh liar dan tak butuh perawatan.

Pemiliknya pun tak akan marah.

Terlebih tempat itu memang diperuntukkan untuk memanjakan para wisatawan yang ambisi melihat salju.

Kehadiran mereka justru menguntungkan bagi para pelaku pariwisata,.

Mulai dari pengelola objek wisata, pemilik homestay hingga pedagang yang turut ketiban berkah.

Mereka tak kalah gembira dengan para wisatawan.

Industri pariwisata hidup, kamar homestay selalu penuh, dagangan apa pun yang dijual di tempat itu laris.

Tetapi bagaimana dengan kebun petani yang sama-sama jadi objek serbuan wisatawan?

Apakah pemiliknya juga bergembira?

Sebagian wisatawan ternyata tak cukup puas hanya bersenang-senang di atas hamparan rerumputan lapangan.

Tak jauh dari situ, ribuan tanaman kentang petani pun memutih karena es.

Baca Juga :  Pemkot Semarang Ancam Pengembang yang Tak Lakukan Kajian Teknis Tata Ruang dan Bangunan Hingga Picu Banjir

Pemandangan yang tercipta tentu agak lain dengan rerumputan ‘bersalju’.

Meski sama-sama menawarkan keindahan.

Wajar jika sejumlah wisatawan menyerbunya.

Mereka rela turun ke ladang, hingga berjalan-jalan di pematang.

Sejumlah wisatawan ini memburu spot terbaik di kebun untuk obsesi foto mereka.

Hingga tak terhitung berapa jepretan kamera yang lahir di lahan pertanian itu.

Jadilah foto-foto kece dengan latar hamparan tanaman kentang yang memutih layaknya salju.

Ini kian melengkapi koleksi foto wisatawan tentang kenangan bersama embun es di Dieng.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan petani yang lahannya diselimuti es.

Sudah pasti, perasaan mereka bertolak belakang dengan para pelaku wisata.

Embun es yang menyelimuti tanaman kentang tak ubahnya racun.

Tanaman yang terkena embun es menjadi terhambat pertumbuhannya hingga mati.

Ancaman gagal panen datang bersamaan dengan turunnya embun es yang menempel di tanaman.

Kehadiran embun es menghancurkan harapan petani yang ekonominya bergantung dari hasil bumi.

Itulah sebabnya fenomena ini disebut bun upas oleh warga setempat yang berarti embun beracun.

Bersamaan dengan orang-orang yang tengah berburu foto di ladang kentang, sejumlah petani sibuk menyiapkan peralatan dan mesin untuk mengairi kebun mereka.

Tak kecuali Matrodin, petani dari Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Banjarnegara.

Keriuhan wisatawan menyambut embun es di lapangan candi sama sekali tak digubrisnya.

Ia sibuk sendiri untuk menyelamatkan tanamannya yang terkena bun upas.

Ia berusaha mencari air untuk menyirami lahannya yang terkena dampak embun es atau bun upas.

Baca Juga :  Pabrik Pil Koplo Beromzet Triliunan Rupiah di Semarang Digerebek BPOM

“Kalau bun upas datang lagi, gak bisa (pulih),”ujarnya

Dalam kesedihannya yang mendalam, para petani masih merelakan lahannya untuk dijadikan objek foto para wisatawan.

Meski suara hatinya tak ada yang tahu.

Tak ada larangan memang berfoto di kebun yang pemiliknya tengah berkabung.

Tetapi siapa tahu, di balik raut mereka yang biasa, tersembunyi perasaan yang hancur.

Senyum para pemburu foto di ladang kentang itu bisa jadi mata pisau yang menyayat hati mereka.

Hingga luka petani semakin dalam.

Hati mereka kian pilu seperti nasib tanamannya yang layu.

Latar favorit wisatawan sesungguhnya hanyalah tanaman sekarat yang tengah berjuang untuk bertahan hidup.

Putih yang indah layaknya salju hanyalah pembungkus.

Sejatinya, tanaman itu berubah amat hitam seperti terbakar.

Saat es lenyap, segala keindahan pun hilang.

Yang tertinggal hanyalah hamparan tanaman yang menghitam atau gosong dengan wajah mengerikan.

Lahan yang mulanya jadi spot favorit untuk berfoto itu jadi pemandangan buruk hingga dijauhi wisatawan.

Yang setia mendatangi lahan itu hanyalah petani yang memilikinya.

Meski saat mendekatinya, bukan hanya mengerikan di mata, namun juga menyakitkan di rasa.

Bukan hanya gagal panen, dampak embun es ini juga menyisakan pekerjaan berat bagi petani untuk membersihkannya.

Lalu menggantinya dengan tanaman baru, untuk melahirkan harapan panen yang baru kemudian.

Karena sebuah harapan lalu telah terkubur, bersama dengan matinya satu persatu tanaman yang dirawat sejak masih benih.

“Bun upas (embun beracun) gak bisa diobati,”katanya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com