SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Krisis air dampak kekeringan di Sragen Utara mulai terasa. Warga di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, mulai menggali bebatuan di dasar sungai yang mengering untuk mengais sisa air untuk bertahan hidup.
Langkah itu terpaksa dilakukan lantaran sumber air di sumur sudah mengering sejak tiga bulan terakhir. Sementara sumur di sendang persawahan yang selama ini jadi tumpuan warga, debitnya makin menipis dan jaraknya berkilo-kilometer.
“Sudah sejak tiga bulan ini Mas kering, susah air. Terpaksa harus nggali sungai begini untuk nyari air. Nanti nunggu ada resapan dan lubangnya terisi air dulu baru diambil. Pertamanya keruh, tapi nanti dibiarkan dulu biar bening, baru diambil,” ujar Samto (65) warga Dukuh Glagah, Desa Dukuh, Tangen, Kamis (18/7/2019).
Air dari lubangan bebatuan sungai itu nantinya bisa untuk mandi dan minum. Jika keruh, maka sampai rumah diendapkan dulu hingga satu jam kemudian sampai kotorannya mengendap.
Menurutnya air dari lubang itu memang hanya sedikit sehingga dua tiga kali pengambilan sudah habis. Sehingga warga harus menggali lagi dan berpindah-pindah titik untuk mendapat air.
“Setiap tahun, kalau tiap kemarau ya seperti ini. Sudah puluhan tahun kami kesulitan air begini. Ya hanya nunggu bantuan pemerintah. Pinginnya kalau bisa dibuatkan sumur dalam sehingga kalau kemarau nggak perlu nunggu bantuan lagi,” ujar Yadin (58) warga lainnya.
Kaur Umum Desa Dukuh, Ahmad Harun mengatakan di desanya memang termasuk desa langganan kekeringan setiap tahun. Ada tiga kebayanan yang setiap tahun selalu dilanda kekeringan parah.
Yakni Kebayanan Sugihan, Glagah dan Dukuh. Saat ini, sudah hampir tiga bulan sumber air mulai mengering dan warga terpaksa mulai menggali sungai.
“Di tiga kebayanan itu ada 1.500 KK yang hampir tiap tahun harus mengandalkan bantuan air dari pemerintah. Ini baru dibuatkan proposal untuk tadah air. Harapannya kalau bisa dibuatkan sumur dalam di tiga kebayanan itu. Biar nggak nunggu bantuan air terus tiap tahun,” tandasnya.
Terpisah, Kepala BPBD Sragen, Sugeng Priyono menyampaikan Desa Dukuh memang termasuk satu dari 36 desa yang masuk database kekeringan di Sragen. Untuk kekeringan saat ini, pihaknya sudah melakukan droping air sejak awal Juli.
Akan tetapi sifatnya masih berdasarkan permintaan dan terbilang relatif biasa.Sehari bantuan droping masih berkisar dua sampai empat tangki.
“Ini masih normal, puncaknya mungkin nanti sekitar Agustus-September. Tahun lalu dari awal sampai akhir total habis 1.954 tangki. Itu di luar donasi dari pihak ketiga. Kami juga berterimakasih banyak pihak yang tergerak ikut membantu droping,” tandasnya. Wardoyo