SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Insiden gantung diri yang dilakukan ayah Aji Pangestu, di Masaran, Sragen akhirnya terungkap. Kabar yang beredar di kerabat dan warga, aksi bunuh diri yang dilakukan Marimin (47) warga Dukuh Pringanom RT 17, Masaran, Sragen itu diduga karena depresi merasakan persoalan rumah tangganya.
Hal itu terungkap dari keterangan warga dan perangkat desa, kematian tragis bapak dua anak itu diduga memang karena persoalan rumah tangga.
“Pemicu pastinya kami enggak tahu Mas. Hanya saja dari keterangan warga tetangga sekitarnya, diduga pemicunya karena masalah rumah tangga. Istrinya katanya galak dan sering marah-marah. Mungkin itulah yang membuat korban tertekan. Itu juga kata tetangga dan warga dekatnya,” papar Kaur Umum Desa Pringanom, Tri Wijayanto saat dihubungi Selasa (2/7/2019).
Ia menyampaikan dari keterangan warga, selama ini rumah tangga korban juga dikabarkan sering diwarnai pertengkaran. Bahkan jika bertengkar kadang terdengar tetangga sekitar.
Marimin ditemukan tak bernyawa dalam kondisi menggantung dengan tali senar yang diikatkan di blandar dapur rumahnya. Jasad korban kali pertama diketahui putranya, Aji Pangestu (16) sekitar pukul 06.15 WIB.
Data yang dihimpun di lapangan, pagi itu putra korban yang masih duduk di bangku sekolah berniat mandi. Namun sesampai di dekat kamar mandi yang berada di dapur, ia langsung kaget melihat bapaknya sudah menggantung dan tak bergerak.
Seketika itu, ia langsung berteriak histeris dan meminta tolong bibinya. Teriakan Aji membuat warga langsung berhamburan datang.
Tak lama berselang, tim Polsek Masaran bersama tim Inafis dan dokter Puskesmas langsung terjun ke lokasi melakukan olah TKP.
Jasad korban kemudian dievakuasi dan sempat dikira masih hidup, ternyata sudah meninggal.
Kapolres Sragen, AKBP Yimmy Kurniawan melalui Kasubag Humas AKP Agus Jumadi membenarkan kejadian itu. Menurutnya, dari hasil olah TKP dan identifikasi tim, tidak ditemukan tanda kekerasan maupun penganiayaan di tubuh korban.
“Korban murni meninggal akibat gantung diri. Tak ada tanda kekerasan atau penganiayaan. Karena pihak keluarga sudah menerima sebagai musibah, jasad korban kemudian diserahkan untuk dimakamkan sesuai dengan adat setempat,” paparnya Selasa (2/7/2019). Wardoyo