JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Wonogiri

Yuk ke Agrowisata Kepatihan Wonogiri. Ada Solusi Hemat Air dan Harga Jatuh saat Panen

Dwi Sartono menunjukkan buah labu madu di lahan miliknya.
   
Dwi Sartono menunjukkan buah labu madu di lahan miliknya.

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mau memetik langsung buah dan sayur segar dari pohonnya sekaligus membantu petani mendapatkan harga bagus saat panen? Datang saja ke agrowisata Kepatihan di Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

Di tempat itu kita bisa mendapatkan aneka sayur dan buah segar. Tak hanya itu, budidaya hortikultura tersebut ternyata menjadi solusi hemat air ketika kekeringan.

Pencetus ide agrowisata Kepatihan, Dwi Sartono, Rabu (24/7/2019) mengatakan, jika dibandingkan dengan menanam padi, hortikultura ini jauh lebih hemat dalam penggunaan air.

“Perbandingannya bisa 1 : 3. Jika hortikultura menghabiskan 15 liter, padi bisa 50 liter bahkan lebih,” kata dia.

Dia menggarap lahan hanya seluas 4000 meter persegi. Lahan tersebut ditanami terong, cabai, labu madu, tomat, pare, mentimun, melon golden, melon hijau, semangka kuning, dan semangka merah. Kebutuhan air diperoleh dari aliran sungai yang diangkat menggunakan pompa air. Ada juga dari sumur pantek yang dibuat di lahan tersebut.

Baca Juga :  Deretan Makanan Khas Lebaran Wonogiri yang Menggugah Selera

Tanaman buah dan sayur miliknya diairi setiap 3-5 hari sekali dan hanya memerlukan15 liter. Cuma butuh belasan jam untuk bisa mengairi lahan tersebut. Padahal dengan luas lahan yang sama, dibutuhkan 50 liter air untuk padi dengan waktu lebih dari satu atau dua hari.

Menurut dia, budidaya hortikultura juga menyiasati harga jatuh saat panen. Pasalnya ketika memasuki usia panen, seperti saat ini, wisatawan lokal maupun warga boleh memetik sendiri dari pohon. Selanjutnya tinggal ditimbang dan dibayar di kasir.

“Petani bisa bertemu langsung dengan konsumen, tanpa melalui pengepul atau tengkulak dan pedagang, memotong jalur distribusi. Harga menjadi murah bagi konsumen tapi menjadi lebih baik bagi petani,” terang petani muda itu.

Baca Juga :  Bencana Tanah Longsor di Sumber Nguneng Puhpelem Wonogiri, Lokasi Terus Dimonitor

Dia mencontohkan, harga semangka Rp 5.000-7.000 per kilogram. Jauh di atas harga ketika dijual petani ke tengkulak yang hanya Rp 2.000 per kilogram.

Dwi menuturkan, awal gagasan membuat agrowisata muncul sejak 2008 lalu. Saat ini ada ketika musim kemarau tiba persawahan tidak bisa ditanami padi. Dia lalu menanam buah, dan sayuran.

Namun tidak diduga ternyata malah menarik perhatian pengunjung. Pada hari biasa, pengunjung yang datang bisa mencapai 300-500 orang, jika Weekend bisa tembus 1000 pengunjung lebih.

Salah satu pengunjung, Haryanti mengaku puas datang ke agrowisata itu. Selain mendapatkan buah dan sayur dengan harga terjangkau, bisa membantu petani terbebas dari harga anjlok ketika panen.

“Anak-anak juga dapat pengetahuan baru,” tutur dia. Aria

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com