JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Dilanda Krisis Air, 13.000 Hektare Lahan di Sragen Dianggurkan. Produksi Pangan Musim Kemarau Dipastikan Menurun

Kondisi lahan bero yang tidak ditanami karena tak ada air. Foto/Wardoyo
   
Kondisi lahan bero yang tidak ditanami karena tak ada air. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kemarau panjang dipastikan bakal.menurunkan produksi pangan di Sragen.Pasalnya minimnya suplai air memaksa petani di sejumlah wilayah berhenti menanam dan memilih membiarkan lahannya bera alias tanpa tanaman.

Data di Dinas Pertanian setempat, sedikitnya ada 13.000 hektare lahan pertanian yang kini terpaksa menganggur akibat tidak mendapatkan pasokan air yang memadai.

Menurut catatan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, kondisi kekeringan yang sudah terjadi dalam 2 bulan terakhir, membuat semakin banyak lahan pertanian yang menganggur karena tidak mendapatkan pasokan air.

Dari total 40 ribu hektare lahan produktif di Sragen, hingga kini sudah 13 ribu lahan dalam kondisi bero.

Baca Juga :  Sejarah Lahirnya Persaudaraan Setia Hati Terate & Kisah Inspiratif Ki Hadjar Oetomo

Jumlah ini dikhawatirkan bertambah, jika tidak segera turun hujan dalam waktu dekat.

Luasnya lahan pertanian yang menganggur ini disebabkan para petani khawatir jika mereka memaksakan menanam justru akan gagal panen.”Sehingga lahan dibiarkan menganggur untuk mengantisipasi kerugian,” papar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Ekarini Mumpuni Titi Lestari, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (10/8/2019).

Akibat musim kemarau, para petani kini tak lagi bisa mengandalkan pasokan air dari saluran irigasi. Sementara beberapa tampungan air seperti waduk dan embung yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Sragen, debit airnya semakin menipis.

Waduk Botok di Kecamatan Kedawung dan Waduk Brambang misalnya, kini bahkan sudah mengering. Sehingga tidak lagi bisa menyuplai air bagi pertanian.

Baca Juga :  Polda Jateng Gunakan Helikopter Untuk Pengecekan Persiapan Mudik Lebaran 2024 Dan Mendarat di Polres Sragen Cek Kesiapan Anggota

“Kami berharap petani tidak memaksakan untuk menanam padi di lahannya, demi mengurangi potensi gagal panen. Tanaman palawija bisa jadi alternatif terbaik, karena tidak memerlukan banyak pasokan air,” ujar Eka.

Dinas Pertanian kini tengah menggencarkan penyuluhan kepada petani, agar mau menanam palawija di masa tanam ketiga ini. Pasalnya masih banyak petani yang nekat menanam padi meskipun pasokan air mulai tersendat.

“Banyak yang masih memaksakan menanam padi dengan harapan hujan akan segera turun. Ini menjadi PR kami untuk memberikan edukasi, agar tidak terjadi gagal panen,” pungkasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com