JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Selama itu banyak orang beranggapan bahwa orang yang lapar mudah emosi. Ternyata anggapan tersebut tidaklah salah. Rasa lapar yang dirasakan perut manusia memiliki hubungan dengan emosi marah. Ahli gizi dr Juwalita Surapsari, SpGK mengatakan keterkaitan ini sudah dibuktikan dalam jurnal penelitian McCormack pada 2018.
Penelitian McCormack mengungkapkan orang-orang yang tidak makan selama tiga jam dan perut dalam keadaan kosong selama lima jam lebih memperlihatkan perilaku negatif. Kondisi tersebut dibandingkan orang yang sudah makan besar atau paling tidak sudah mengonsumsi makanan ringan sebelum mengisi kuisioner.
“Jadi memang secara ilmiah sudah kelihatan. Orang-orang yang terbiasa menunda makan atau bahkan sengaja skip makan lebih mudah terpancing emosinya,” ujar perempuan yang akrab disapa dr Lita dalam acara ABC Sari Kacang Hijau #AntiMaper di Semanggi, Jakarta.
Dokter Lita kemudian menjelaskan bagaimana marah karena lapar bisa terjadi. Makanan yang sudah dikonsumsi akan diubah menjadi glukosa dan menjadi sumber energi tubuh manusia.
Setelah tiga jam usai makan, glukosa darah mulai turun. Dalam keadaan ini, tubuh mengeluarkan hormon ghrelin. Hormon tersebut yang akan mencetuskan hormon stres kortisol.
“Ketika kortisol ini keluar, ini bikin kondisi badan yang tidak enak. Dianggap sebagai kondisi yang menyebabkan stres,” katanya.
Saat itu, perilaku mulai berubah. Contohnya berbicaranya mulai kacau.
“Ada juga di otak kita dia akan menghasilkan neuro peptida. Ini terkait juga sama kondisi atau perilaku yang agresif. Makin orang itu tidak makan atau skip makan, maka neuro peptida di otak akan makin tinggi kadarnya,” ujarnya.
Ketika kadar neuro peptida makin tinggi maka perilakunya mulai kelihatan agresif dan lebih mudah berbicara kasar.
Dokter Lita menuturkan kejadian seperti itu juga sering terjadi pada seseorang yang bekerja dan memundurkan waktu makan. Ia menyarankan agar memiliki makanan atau minuman ringan sebagai cadangan energi.
Selain itu, kadar gula darah ini ditentukan oleh makanan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung karbohidrat dan gula membuat gula darah cepat naik, namun cepat turun.
Supaya gula ini bisa bertahan lama di darah, tutur dr Lita, maka perlu menambah nutrisi protein. “Lebih bagus lagi kalau ada serat. Kalau ada karbo, protein, dan serat, maka akan dicerna lebih pelan-pelan. Gula darah akan bertahan lama,” katanya.