“Sebenarnya ada keponakan dan rumahnya kosong di belakang. Tapi Mbah Ngadinem nggak mau menempatu katanya takut kalau ambruk. Dia lebih suka tinggal di gubug itu,” urai Bambang.
Ketua Poldes, Mulyono menyampaikan selama ini untuk makan, Mbah Ngadinem hanya mengandalkan pemberian dari tetangga. Atas kondisi itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ormas-ormas untuk menggalang bantuan agar bisa membuatkan rumah yang lebih layak.
“Kami sudah koordinasi ke beberapa organisasi, tokoh masyarakat dan nanti akan kami upayakan bisa membantu membuatkan rumah kecil-kecilan yang layak ditinggali. Kalau itu (gubug) memang sangat nggak layak. Kami sampai nggak tega melihatnya. Lha nggak ada listrik, penerangan pun nunut cahaya lampu-lampu jalan,” tukasnya.

Saat JOGLOSEMARNEWS.COM menyambangi gubugnya, Mbah Ngadinem langsung menyambut gembira. Belum sempat ditanya, dia langsung berucap bahwa dia ingin dibuatkan rumah sederhana yang lebih kuat.
“Niki rumah kula piyambak Mas, mburi niku omah tapi nggone ponakan mboten omah kula. Mang tingali, nduwure namung kula tali ngangge rumput jepang (rafia). (Ini rumah saya sendiri Mas. Belakang itu rumah ponakan bukan rumah saya. Silakan lihat, atasnya hanya saya tali pakai rafia),” ujar Mbah Ngadinem seraya menitikkan air mata.
Ia mengaku sebelumnya pernah dapat bantuan beras bulanan atau Rastra. Namun sudah beberapa waktu terakhir beras jatah itu tak lagi menghampirinya.
Paikem, tetangga depan rumah Mbah Ngadinem menuturkan rumah gubug itu memang sudah bertahun-tahun ditempati Mbah Ngadinem. Seingatnya, gubug yang ada saat ini sudah yang ketigakalinya dibuat dari gotong royong warga.
“Dulu dibuatkan warga sudah dua kali. Tapi rusak dan ndoyong. Sekarang dibuat sendiri. Disuruh nempati rumah ponakan juga nggak mau, alasannya takut karena bukan rumah sendiri. Pinginnya punya rumah sendiri,” urai Paikem.

Selama ini, Mbah Ngadinem juga bertahan hanya dari uluran tangan tetangga dan bantuan makanan.
“Dia pendengarannya juga sudah berkurang. Nggak punya anak dan keluarga. Makannya ya hanya dari pemberian tetangga. Kadang saya kasih, kadang kalau lapar dia datang sendiri tanya saya masak apa. Kasihan Mas, dulu dapat jatah beras, sekarang sudah lama nggak dapat,” tuturnya. Wardoyo
- Kontak Informasi Joglosemar News :
- Redaksi : [email protected]
- Promosi : [email protected]
- Kontak : [email protected]