BATANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Batang, Wihaji ternyata tidak hanya bisa memimpin birokrasi di pemerintahannya. Bupati kelahiran Plupuh Sragen itu diam-diam juga luwes dalam memainkan wayang kulit bagaikan dalang Kondang.
Ki Dalang Wihaji dalam menggenggam wayang dan memainkan wayang juga apik dan lincah dalam memainkan tokoh dalam pewayangan.
Keahlian itu ditunjukkan saat pagelaran wayang yang di pentaskan dijalan Vetetan Batang, Sabtu (31/8/2019) malam.
Pagelaran Wayang Kulit tersebut dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 74 Republik Indonesia, yang bertepatan pula dengan malam satu suro atau 1 Muharam dalam kalender tahun Baru Islam.
Bupati yang sekaligus menjadi Ki dalang Wihaji dalam pentas tersebut berkolaborasi dengan Ki Dalang Utomo dan Ki Santoso dari Kabupaten Batang, Lakon dalam pagelaran wayang kulit tersebut adalah Dewa Ruci.
“Saya pencinta wayang, ketika diminta oleh Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia) Batang untuk mengawali pentas untuk menghibur masyarakat Batang,” kata Wihaji usai jadi dalang.
Lebih lanjut Wihaji mengatakan, bahwa Pentas ini menjadi pengalaman kali kedua, walau dengan duarasi satu jam memainkan wayang dengan lakon Dewa Ruci. Menurutnya itu bagian dari mengampanyekan kecintaannya terhadap budaya agar lebih digemari dan dicintai oleh masyarakat.
“Karena wayang mulai tergeser dengan budaya- budaya modern,” katanya.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakapolres Kompol R Hartono, Kasdim 0736 Batang Mayor Inf. Raji serta kepala OPD.
“Zaman perwalian wayang sebagai media dakwah, dengan filosofi kehidupan kita sehari – hari dari lakon Werkudoro, Gatot Kaca dan Sengkuni ada di kehidupan kita, maka pendekantan perubahan yang paling pas yakni budaya,” ungkap Ki Dalang Wihaji.
Tidak dipungkuri kemajuan zaman diera revolusi industri yang semakin kompetitif, kalau tidak ada yang melestarikan seni budaya sebagai kearifan lokal akan hilang dari peradaban dan tergerus oleh budaya baru.
Oleh karena itu, melalui Organisasi Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Batang, Pemkab melakukan pembinaan kepada calon-calon dalang muda agar lebih kreatif dan tidak monoton.
Ia juga menuturkan, bahwa Lakon Dewa Ruci adalah nama seorang Dewa kerdil (mini) yang dijumpai oleh Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan untuk menjaga kedamaian dengan simbul banyu suci prawitosari.
“Lakon ini mengajarkan, agar masyarakat hidup tidak sekadar mlaku (bergerak). Namun juga harus didasari lelaku (olah rasa dan batin). Karena semua itu, berkaitan dengan Yang Maha Kuasa. Setiap gerak dalam kehidupan bukan hanya perpindahan fisik. Tidak hanya berdasar pada hitungan rasio. Namun ada laku batin dan olah rasa karena semua perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya,” pungkas Wihaji. JSnews