BATANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sekda Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono melansir data mencengangkan. Ternyata sebanyak 77 persen kawasan Pesisir Pantai Jawa Tengah rusak dan hanya 23 persennya masuk kategori bagus. Sementara sisanya dinyatakan dalam kondisi rusak.
” Di Jawa Tengah hanya 23 persen bagus dan untuk kawasan pesisir pantai 77 persen rusak. Saya paham betul karena baru – baru ini kita bahas paparkan di Belanda, dan Belanda siap membantunya,” kata Sri Puryono usai melakukan penanaman Mangrove di Pantai Sicepit Kelurahan Kesepuhan Kecamatan Batang dilansir Tribratanews Polda Jateng, Sabtu (19/10/19).
Ia juga mengatakan gerakan pencanangan penanaman mangrove harus harus dilaksanakan oleh stakeholder dan harus bersama-sama, dibantu oleh Perguruan tinggi, komunitas, swasta untuk melaksanakan dan melestarikan kawasan pesisir pantai dengan menanam mangrove bersama.
“Gerakan tanam manrove adalah karya bersama antara Pemprov Jawa Tengah, Kabupaten Batang, BUMN, TNI, Polri dan ormas,” kata Sri Puyono.
Ia juga mengatakan kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian bersama di kawasan pesisir pantai, karena sudah banyak yang rusak hutan mangrovenya. Maka kita tanam bersama dan pelihara, sehingga periode berikutnya tinggal menanam dan memelihara.
“Gerakan ini jangan hanya pandai menanam tapi tidak pandai merawat,” jelasnya.
Gerakan tanam manrove tersebut juga dibarengi dengan gerakan memungut sampah, karena kita sudah dalam kondisi daturat sampah.
Dalam konggres sampah nasional dihasilkan sepakat untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dengan membuang sampah dengan benar agar lingkungan lestari menuju masyarakat sejahtera.
Sementara Bupati Wihaji mengatakan, rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang telah menunjuk dan membarukan program penanaman mangrove di Kabupaten Batang.
“Saya juga berharap, gerakan ini tidak hanya menanam tapi memelihara. Karena bagian dari menjaga dan cinta terhadap lingkungan,” kata Wihaji.
Pemkab Batang memiliki program wisata lanjutnya, yang tentunya nyambung dengan gerakan menanam dan merawat tanaman mangrove.
“Kita akan menata tanaman mangrove sebagai destinasi hutan mangrove, yang tentunya juga bisa untuk pusat edukasi,” kata Wihaji.
Sementara Direktur Utama PT Phapros, Tbk, Barokah Sri Utami mengatakan , fungsi ekosistem bakau sebagai ruang terbuka hijau, penangkal polutan dan pencegah abrasi sangat penting.
“Namun, saat ini kami lihat bahwa eksosistem bakau pesisir pantai Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Batang keadaannya sangat memprihatinkan. Sehingga diperlukan penanaman bakau agar di masa depan terbentuk ekosistem bakau yang baik dan berfungsi sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Emmy menambahkan bahwa Phapros berkomitmen menjadi perusahaan yang baik secara people, planet, prosperity, peace, dan partnership seperti yang tertuang dalam konsep pembangunan berkelanjutan.
“Oleh karena itu, penanaman pohon bakau ini merupakan salah satu cara untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat agar bersama – sama merawat lingkungan sehingga menjadi terjaga kelestariannya dan bisa memberikan dampak ekonomi yang positif,” jelasnya.
Sejak 2011 hingga 2015 jumlah pohon bakau yang telah ditanam Phapros bekerja sama dengan sejumlah pihak sebanyak 532.000 batang dan tersebar di wilayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Batang.
Kepedulian Phapros terhadap ekosistem pantai juga ditunjukkan dengan mengelola sebuah kawasan hutan bakau bernama Maroon Mangrove Edu Park seluas 1,5 hektar dan membina kelompok tani bakau bernama Mekar Tani Lindung (METAL) di Kota Semarang, Jawa Tengah. JSnews