Beranda Daerah Sragen Kades-Kades Fenomenal Hasil Pilkades Serentak Sragen (1). Kuswandi, Sopir Minibus Anak Petani...

Kades-Kades Fenomenal Hasil Pilkades Serentak Sragen (1). Kuswandi, Sopir Minibus Anak Petani Yang Sukses Kalahkan Paman Jokowi 

Spanduk ucapan selamat atas terpilihnya Kuswandi di Pilkades Hadiluwih, Sumberlawang terpampang di jalan depan rumah Kuswandi yang dipasangi kajang karena banyak warga yang datang mengucapkan selamat. Foto/Wardoyo
Spanduk ucapan selamat atas terpilihnya Kuswandi di Pilkades Hadiluwih, Sumberlawang terpampang di jalan depan rumah Kuswandi yang dipasangi kajang karena banyak warga yang datang mengucapkan selamat. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Pilkades serentak yang digelar di 167 desa di Sragen pada 26 September 2019 lalu, telah usai digelar. Berbagai cerita mengiringi panasnya pesta demokrasi tingkat desa untuk memilih pemimpin desa yang digelar tiap enam tahun tersebut.

Dari 167 kades yang terpilih, beberapa di antaranya tercatat meraih kemenangan secara fenomenal dan menonjol dibanding kades lainnya. 

JOGLOSEMARNEWS.COM mencoba memotret kisah-kisah para Kades yang meraih kemenangan fenomenal di desanya.

Nama pertama adalah Kuswandi. Pria asal Dukuh Kedungdowo, Desa Hadiluwih, Sumberlawang ini mendadak menjadi sorotan berkat kemenangannya di Pilkades Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang.

Tak hanya latarbelakangnya yang hanya sopir minibus, kemenangannya terbilang fenomenal karena bisa mengalahkan 4 rival yang satu diantaranya punya latarbelakang mentereng.

Dia adalah Wahjono, yang notabene punya darah kerabat dengan Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Wahjono adalah paman Jokowi yang untuk kali pertama ikut tampil di Pilkades Hadiluwih.

Kuswandi, bertarung dengan empat calon. Masing-masing, Supyani, Suharno, Wahjono dan Bambang Susilo. Hasil akhir perolehan suara, Kuswandi tampil mengejutkan dengan meraih 1.087 suara.

Ia mengungguli mantan Sekdes Hadiluwih, Bambang Susilo yang meraih 1.053. Paman Jokowi, Wahjono harus puas di posisi ketiga dengan 803.

Baca Juga :  Dukung Program Presiden Prabowo, Kapolres Sragen AKBP Petrus Parningotan Silalahi Hadiri Peluncuran Gugus Tugas Pendukung Ketahanan Pangan di Kecamatan Ngrampal

Dua calon terakhir adalah Suharno dengan 230 suara dan Supyani meraup 26 suara.

Kuswandi warga asli Kedungdowo RT 5. Sejak kecil sudah jadi kernet bus. Lalu dipercaya sebagai sopir. Karena ketekunannya, dia terakhir sudah bisa membeli satu bus lungsuran (bekas) dan kemudian disopirinya sendiri sampai sekarang,” ujar Sardi, warga Dukuh Kedungdowo yang juga tetangga Kuswandi.

Sardi menuturkan Kuswandi memang dikenal dengan style sederhana dan merakyat. Ia juga hanya anak seorang petani. 

Setelah penghitungan suara memastikan kemenangan Kuswandi,  Sardi bahkan menyebut tak ada perayaan berlebihan yang dilakukan.

Hanya saja, banyak warga terutama di sekitar domisili Kuswandi yang bergembira karena kemenangan ini seolah mengembalikan tradisi Kades Hadiluwih yang selama ini memang banyak berasal dari Dukuh Kedungdowo.

Kuswandi dan Wahjono. Foto kolase/Wardoyo

Saat JOGLOSEMARNEWS.COM menyambangi rumah kecilnya di Kedungwodo, ia sedang tidak ada di rumah. 

Hanya ada istrinya, Lilis Sulistyowati (50) dan anaknya. Lilis mengaku memang tak menyangka suaminya akan menang di Pilkades Hadiluwih.

Ia bahkan mengatakan sempat melarang suaminya ikut Pilkades karena keterbatasan biaya.

“Sempat melarang karena kondisi ekonomi,” tuturnya. 

Namun pemikirannya akhirnya luluh setelah melihat dorongan dan dukungan masyarakat. Ia pun mempersilakan suaminya ikut mencalonkan sebagai kepala desa.

Baca Juga :  Semakin Parah, KPU Sragen Gelar Rapat PPS di Hotel Berbintang, Tokoh Sragen Murka: Pemborosan dan Akal-akalan Anggaran

Awalnya, Kuswandi hanya sebagai ketua RT dan kali pertama ikut maju di Pilkades. 

Setiap hari Kuswandi bekerja sebagai pengemudi minibus jurusan Solo-Sumberlawang.

“Saya menangis waktu dengar suami saya menang. Warga pada berdatangan ke rumah untuk mengucapkan selamat,” terang ibu dua anak itu.

Dia hanya berharap suaminya bisa mengemban amanah sebagai kepala desa sesuai dengan visi misi yang dicanangkannya. Yaitu “Satu Hati Kita Bangkit, Satu Jiwa Kita Bangun”.

“Desa Hadiluwih termasuk desa terbelakang dibandingkan desa lainnya. Bapak hanya pingin memajukan Desa Hadiluwih kedepannya,” tuturnya. Wardoyo