SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pilkades serentak di 167 desa di Sragen pada 26 September 2019 lalu bakal menjadi sejarah bagi warga Desa Pagak, Kecamatan Sumberlawang. Cerita sejarah itu datang dari Solekhan (35).
Dia untuk kali pertama menorehkan sejarah dengan menduduki jabatan sebagai Kades dalam usia relatif muda. Hebatnya lagi, kemenangan Solekhan ternyata bukan karena gelimangan amplopan atau tembakan uang.
Akan tetapi memang murni karena dukungan besar warga yang menghendaki adanya perubahan kepemimpinan di desa itu.
Ya, Solekhan memang membuktikan bahwa tak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini. Meski hanya berangkat dari latar belakang pekerja bengkel dan lulusan SMA, ia mampu membuka wawasan dan membuat semangat warga berkobar untuk memenangkannya di Pilkades Pagak.
Yang ia kalahkan pun bukan sosok sembarangan. Sang petahana, Jaka Purnama, adalah kades petahana yang sudah dua periode memimpin dan maju untuk kali ketiga.
Modal finansial mumpuni dan pengalaman dua kali memimpin, rupanya tak cukup membuat Jaka bisa dengan mulus meraih simpati di kontestasi Pilkades ketiganya.
Solekhan malah membalikkan semua rumor dan prediksi di luaran yang sejak awal mengunggulkan Jaka akan menang mudah darinya.
Hasil akhir Pilkades menunjukkan, Solekhan meraih 1.286 suara sedangkan Jaka hanya meraih 871 suara atau berselisih sekitar 409 suara.
Didampingi sang istri, Muji Lestari (32), Solekhan terlihat sangat bersahaja. Ia tinggal dengan dua anaknya yang masih kecil di rumahnya Dukuh Pagak RT 5.
“Sejak awal saya memang diasorke (direndahkan) dan saya menyadari memang kalah segala-galanya dari Pak Jaka. Beliau petahana jadi sudah menang publikasi dulu, lalu dari segi apa-apa saya juga kalah. Tapi ternyata masyarakat, utamanya para pemuda di sini sebagian besar malah simpati ke saya. Intinya mereka ingin ada perubahan kepemimpinan yang lebih transparan,” papar Solekhan Minggu (6/10/2019).
Solekhan menguraikan sebenarnya tak pernah terlintas di benaknya untuk maju Pilkades. Namun perlahan pikirannya berubah ketika dorongan pemuda dan warga mendukungnya untuk maju Pilkades.
Suara dan dukungan yang kian hari kian kuat itu akhirnya meluluhkannya. Dengan dukungan relawan, pemuda dan warga, akhirnya ia pun mantap untuk ikut kontestasi Pilkades.
“Melihat dukungan itu, saya jadi tergugah dan saatnya peduli untuk membangun desa agar lebih maju,” terangnya.
Solekhan menyadari dirinya juga bukan warga asli Pagak. Dia kelahiran Grobogan dan baru menetap di Pagak sejak mempersunting istrinya asal Pagak 15 tahun silam.
Ia mengaku juga tak pernah menyangka bisa menang. Sebab dirinya relatif tak membuat kader, apalagi nyebar amplop tembakan uang ke warga.
“Saya hanya bilang ke warga, saya punya niat seperti ini didukung ya monggo nggak ya nggak papa. Kader gak buat, money politik juga tidak. Karena memang nggak punya amunisi untuk nembak. Alhamdulilllah karena nggak punya uang itu, relawan justru malah semangat bergerak membantu saya. Mereka hanya ingin perubahan. Justru para pemuda dan relawan saya memang cenderung diam karena nggak ada bayaran. Tapi mereka bergerak secara ikhlas untuk meyakinkan warga,” tukasnya.
Solekhan menuturkan sebelumnya dirinya memang menjabat sebagai ketua karang taruna di Desa Pagak. Jaringan pemuda dan karang taruna itulah yang menjadi motor utama menjadi relawannya dan bergerak meski tanpa bayaran.
“Makanya salah satu prioritas saya nanti adalah program menghidupkan karang taruna dan pemuda. Karena tanpa melibatkan pemuda, desa nggak akan maju. Kemudian merangkul orangtua juga untuk berembug bagaimana membangun Pagak ini bersama-sama. Semua elemen akan saya libatkan,” tukasnya. Wardoyo