Beranda Umum Nasional Ketua ICMI: Pembentukan Kabinet Indonesia Maju Hanya Bersifat Pragmatis

Ketua ICMI: Pembentukan Kabinet Indonesia Maju Hanya Bersifat Pragmatis

Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie saat diskusi bertajuk 'Pindah Ibukota, Siapkah Kita?' Di Kampus Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/10/2019) / tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pembentukan Kabinet Indonesia Maju Presiden Jokowi – Ma’ruf Amin lebih dihiasi dengan cara-cara pragmatis ketimbang oleh pemikiran jangka panjang.

Demikian dilontarkan oleh Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie dalam diskusi bertajuk ‘Pindah Ibukota, Siapkah Kita?’ di Kampus Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/10/2019).

Saat itu, Jimly menyoroti situasi politik nasional, di mana banyak pihak menanggapi persoalan makro dan mikro bangsa secara jangka pendek atau pragmatis.

Ia bahkan menyinggung soal penunjukan sejumlah nama yang mengisi Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin dihiasi dengan cara-cara pragmatis.

Bahkan, Jimly menyinggung sosok Calon Presiden yang menjadi menteri di kabinet lawan politiknya di Pilpres 2019.

Meski tak menyebutkan nama, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Capres Prabowo Subianto saat ini menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Baca Juga :  Warga Aceh Akhirnya Demo Turun ke Jalan, Desak Penetapan Status Bencana Nasional

“Suasana politik sekarang dengan keadaan makro dan mikro itu akan membuat semua orang berfikir jangka pendek, pragmatis. Paling pragmatis ialah capres jadi Menhan. Iya. Dan selalu ada dalil untuk memberi pembenaran bagi pemujanya,” kata Jimly.

Anggota DPD RI ini juga mengatakan, saat ini banyak dalil-dalil yang disampaikan untuk menyatakan kebenaran sifat pragmatis itu.

Hal itu, kata Jimly, sangat tidak dibenarkan karena mempengaruhi masyarakat dalam berfikir logis pada keputusan berjangka pendek.

Untuk itu, Jimly mengajak kaum intelektual untuk terjun sebagai kelompok penyeimbang dalam meredam cara berfikir orang agar tidak pragmatis terhadap persoalan bangsa.

“Mari kita semua ajak berfikir jangka panjang. Bangsa kita bangsa ke-4 terbesar dari kuantitas. Bisa enggak, 25 tahun kedepan, 100 tahun indonesia emas 2045, kualitas SDM Indonesia benar-benar no-4 di dunia,” ucapnya.

Baca Juga :  8 Jam Musyawarah di Rumah Gus Dur, Ratusan Warga NU Telurkan 9 Seruan Moral: Kembalikan Izin Tambang ke Negara

www.tribunnews.com

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.