SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah pilu pemboikotan hajatan dampak Pilkades yang menimpa Suhartini (50) atau Bu Tini, warga Dukuh Jetak RT 13, Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen menguak fakta lain.
Ternyata aksi pemboikotan itu diduga sudah direncanakan oleh tokoh di kampung Bu Tini tinggal. Hal itu diungkapkan Bu Tini saat ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM di rumahnya, Kamis (17/10/2019).
Pesta hajatan menikahkan putri bungsunya, yang digelar sejak Rabu (16/10/2019), berakhir Kamis (17/10/2019) dinihari. Kepiluan dan perasaan campur aduk diakui dirasakan oleh janda dua anak yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh serabutan itu.
“Waktu rapat arisan tanggal 5 September, Pak RT bilang Pak Juwadi dan Bu Tini yang mau punya hajat sudah jadi sorotan bapak-bapak. Enek calon (Kades) tonggone ya disengkuyung. Nek gak manut nanti hajatan nggak akan direwangi. Rumangsa kula nggih manut. Saya nggak kemana-mana, nyari massa ya enggak. Tapi kok begini balasannya,” ujar Tini, didampingi putrinya dan mempelai yang barusaja dinikahkan.
Tini menguraikan selama ini dia merasa sudah mengikuti semua kegiatan sosial kemasyarakatan di kampungnya. Jenguk orang sakit, rewang di tempat hajatan, hingga kumpulan arisan RT maupun pertemuan-pertemuan warga, tak pernah ia tinggalkan.
Akan tetapi, semua itu sepertinya terhapus hanya gara-gara perbedaan pilihan di Pilkades. Padahal ia sendiri tak pernah menceritakan atau bahkan mengungkap kepada orang lain, siapa calon yang dipilihnya di Pilkades 26 September lalu.
Saat diminta Pak RT di depan forum arisan untuk mendukung calon yang masih tetangga pun, ia pun menjawab nggih (iya) dan tak pernah membantah.
Sembari meneteskan air mata, Tini mengisahkan yang membuat hatinya teriris adalah tetangga-tetangga dekat yang sehari-hari baik dan saling bantu, mendadak ikut berubah perangai.
Keanehan itu dirasakan sejak dia keliling memberitahu sekaligus meminta doa restu dan kehadiran tetangga saat hajatannya digelar.
“Saya keliling dari rumah ke rumah ngaturi. Ada yang langsung bilang emoh (nggak mau). Ada yang bilang iya, tapi sampai hari H nggak datang. Padahal biasanya juga baik dan kita saling bersapa. Kenapa semua jadi begitu, salah saya apa,” urai Tini berlinang air mata.
Siti Aminah (27) putri sulungnya menuturkan selama ini dia dan ibunya juga merasa sudah mengikuti semua kegiatan gotong royong dan sosial di lingkungan. Ia juga menyayangkan oknum tokoh di RT-nya yang tega melarang dan mengintimidasi warga lain yang ingin datang ke hajatan ibunya.
Ia juga sedih ketika karang taruna dan pemuda di kampungnya kemudian ikut-ikutan melakukan hal yang sama dan tak mau datang rewang.
“Pemuda di sini nggak ada yang mau datang. Saya sempat tanya salah kami apa. Ada beberapa yang kasihan dan mau datang pun, akhirnya juga nggak jadi datang karena nggak berani. Karena ada suara kalau datang nanti nak punya hajatan akan dicing (diboikot) juga. Nggak hanya di RT sini, pemuda dukuh sebelah (Bojong dan Sumberejo) juga ikut dihalang-halangi datang Mas. Siapa yang nggak sedih,” tuturnya.
Siti menuturkan meski tak ada warga yang rewang, tamu yang datang sudah lumayan cukup menghibur kesedihan keluarganya. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak lain dukuh yang akhirnya iba memberi motivasi dan menerjunkan anggota untuk membantu rewang di hajatan ibunya sampai selesai.
“Alhamdulillah sudah selesai dan bisa terlaksana Mas. Meski hati ini sedih, warga nggak mau datang. Mudah-mudahan ini jadi perhatian bagi semua pihak. Cukup kami saja yang mengalami,jangan sampai ada warga lain yang dibeginikan,” tuturnya.
Bersamaan JOGLOSEMARNEWS.COM .datang, Kasi Pemerintahan Kecamatan Sumberlawang, Iwan Budiyanto juga hadir mewakili camat ke rumah Bu Tini.
Setiba di rumah Bu Tini, ia sempat meminta Sekdes Hadiluwih, Sukadi untuk memanggil Pak RT untuk dipertemukam guna membahas persoalan itu.
Namun saat dipanggil, Pak RT tidak di rumah dengan dalih sedang nyebar benih padi di sawah. Karenanya, ia akan berupaya menyelesaikan persoalan itu secara damai dan berharap tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi hanya gara-gara imbas Pilkades.
“Nanti sore akan kami panggil pihak tokohnya dan Bu Tini serta beberapa pihak ke balai desa. Harapan kami bisa diselesaikan dan tidak sampai berkepanjangan,” tandasnya. Wardoyo