Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengupas Sosok Alan Darma Saputra, Pengusaha Muda di Sragen Yang Namanya Kian Mendunia (1). Pernah Kerja di Supplier Matahari, Pilih Keluar Untuk Rintis Pabrik Sendiri…

Alan Darma Saputra Koeshendro. Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Sukses Delapan Jaya Group (sebuah perusahaan bergerak di bidang jasa pemotongan, penjahitan dan finishing pakaian di Sragen) hingga merambah pasar luar negeri, ternyata tak lepas dari sosok muda ini.

Adalah Alan Darma Saputra Koeshendro, sang direktur utama (Dirut) yang selama ini menggawangi manajemen DJG. Menjabat sebagai direktur utama (Dirut) di usia yang relatif masih muda, Alan sudah mampu membawa DJG sukses menapaki bisnis hingga ke manca negara.

Hebatnya capaian itu diraih hanya dalam kurun tiga tahun berjalan sejak pabrik itu dirintis 2016 silam.

Dirut berusia 27 tahun itu pun kini makin tersohor berkat rintisan bisnis jasa garmennya yang mulai banyak menerima order dari luar negeri.

Lantas siapakah Alan Darma Saputra Koeshendro? JOGLOSEMARNEWS.COM mencoba mengulik sosok Alan.

Saat berbincang di sebuah kesempatan Selasa (29/10/2019), Alan mengatakan dia lahir di Solo, 27 tahun silam.

Lahir dari keluarga keturunan berlatar belakang pebisnis, membuat darah wirausahanya mulai tertanam sejak kecil.

Usai menamatkan pendidikan menengah di Solo, ia pun memutuskan menempuh studi jenjang perguruan tinggi di luar negeri.

“Saya kuliah S2 di Monash University Malaysia. Jurusan manajemen bisnis. Kuliah S1 tiga tahun lulus, lanjut S2 setahun lulus. Saya lulus S2 tahun 2014,” paparnya Selasa (29/10/2019).

Selepas lulus, Alan langsung diterima bekerja sebagai supplier Matahari Dept Store di Jakarta tahun 2015. Meski bergaji lumayan tebal, namun ia hanya bertahan satu tahun di perusahaan itu.

Insting bisnisnya yang masih membara kala itu, membuat naluri wirausahanya terpanggil. Ia pun memutuskan keluar dan merintis usaha sendiri pada 2016.

Ketertarikannya pada dunia garmen, kemudian mengantarnya memberanikan diri merintis usaha jasa garmen yang mencakup pemotongan, penjahitan dan finishing dengan mendirikan pabrik bernama PT Delapan Jaya Garmindo (DJG) di Cantel, Sragen.

Proses produksi jasa potong dan jahit di PT DJP, anak perusahaan PT DJG Sragen yang selama ini melayani orderan dari pakaian merk luar negeri. Foto/Wardoyo

Tak butuh waktu lama, usahanya langsung berkibar dan mampu menggandeng suplier pakaian brand-brand kondang baik dari dalam maupun luar negeri.

Hanya kurun tiga tahun, usahanya pun makin berkembang. Hingga kemudian ia melebarkan sayap dengan merintis anak perusahaan bernama PT Delapan Jaya Perkasa Garmindo (DJPG) di Ngrampal Sragen.

Dua perusahaan, PT DJPG dan DJG itu kemudian dinaungi sebuah bendera usaha yang dinamakan Delapan Jaya Group (DJG).

Seiring dengan perkembangan usahanya, mitra yang digaet pun makin meluas. Bahkan sejumlah supplier produk pakaian luar negeri mulai dari Jerman hingga Amerika Serikat pun langsung terpikat.

Produk celana jeans merk Gap dan Tom Tailor, adalah dua di antara sejumlah brand kondang dari luar negeri yang selama ini sudah bermitra dengan perusahannya.

Namun, Alan mengaku apa yang diraihnya saat ini, bukan datang secara instan. Akan tetapi didapat dengan perjuangan yang keras.

“Dari awal kerja di Jakarta, saya memang sudah tertarik dengan dunia garmen. Akhirnya saya memberanikan diri membuka usaha itu. Ya memang harus babat alas dari awal,  menawarkan kerjasama dengan supplier-supplier sana sini. Jadi benar-benar butuh perjuangan. Bagi saya yang terpenting dari bisnis atau usaha kita itu harus ada nilai lebihnya. Jadi kami mengedepankankan sekali kualitas, delivery dan profesionalitas tenaga kamu. Lalu dari usaha kami, juga bisa membantu menyerap tenaga kerja dan membantu mengurangi pengangguran di Sragen,” urainya.  (Bersambung/ Wardoyo)

 

Exit mobile version